Oleh Ulfiana
Berbicara tentang
idealisme memanglah sangat membingungkan. Ketika aku membaca perjalanan Gie aku
dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang aku sendiri tak mampu menguraikan.
Aku mempertanyakan, benarkah aku menjunjung idealisme itu? Atau aku malah
terjatuh dalam kubangan lumpur yang menghalangi masyarakat untuk memandangiku?
Atau aku telah berpaling ke dalam sikap yang membuatku gerah kala merasanya,
yakni pragmatisme.
Mahasiswa yang katanya
sebagai agent of change akankah benar-benar melawan sikap otoriter pemerintah
yang telah menyudutkan masyarakat bawah? Gumulan tanya telah memenuhi pikirku
yang semakin gundah. Aku tak menuntut mahasiswa-mahasiswa yang merupakan agen
perubahan untuk menjadi idealis akan tetapi siapakah yang akan menjadi generasi
bangsa yang tangguh menghadapi tantangan dunia. Meski demikian aku pun masih
mempertanyakan di manakah posisiku.
Alangkah baiknya ketika
kita memilih jalan untuk memperjuangkan tujuan-tujuan bangsa yang semakin
tergerus oleh zaman yang serba instan. Karena mahasiswa adalah tumpuan bangsa
sehingga apakah kita harus mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan oleh
masyarakat kepada kita? Dan ternyata menjadi mahasiswa bukanlah sesuatu tugas
yang mudah karena ditangan kita-lah masa depan akan terukir nyata. Jabatan
memang suatu kemutlakan untuk digenggam namun ia haruslah dijadikan sebagai
alat untuk mengubah dunia menjadi semakin baik karena Indonesia membutuhkan
uluran tangan-tangan kita bukan malah menyuburkan praktik korupsi yang katanya
semakin mendarah daging saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar