Oleh; Tafrichul Fuady Absa
@fuadyabsa1996
Dalam kehidupan sehari-hari, sering sekali kita mendengar
kata “Takdir”. Dalam Islam, takdir menjadi bagian dari kepercayaan yang termaktub dalam rukun iman yang ke enam. Percaya kepada qada dan qadar. Sebenarnya,
apa sih yang dimaksud dengan takdir? apakah kebetulan itu takdir? apakah takdir
itu bisa diubah atau tidak?
Takdir, dalam al-Quran digunakan untuk menjelaskan ketetapan
Allah yang berkaitan dengan Alam semesta.
Hal ini Seperti disebutkan firman Allah
yang berbunyi “Dan dijadikan olehnya
matahari dan rembulan dengan perhitungan yang tepat itulah taqdir oleh yang
maha tinggi dan maha tau” (Q.S. al-an’am;96).
Dari penjelasan ayat diatas sudah sangat menjelaskan bahwa
takdir itu datangnya dari Allah, dan demkian dari itu sudah diatur oleh-Nya.
Maka dari itu, keteraturan alam semesta dan segala isinya tidak bisa lepas dari
adanya Allah swt yang mengatur seisi alam semesta ini. Lantas bagaimana dengan
perbuatan manusia? Apakah juga diatur oleh Allah?
Ada beberapa pendapat oleh para Mutakallimin atau kaum Theolog mengenai hal ini, pertama adalah
kaum jabariyah yang beranggapan bahwa apapun yang kita lakukan hari ini, sudah
ditentukan oleh Allah. Kita miskin, kita makan, kita mati, semuanya sudah
diatur dan ditentukan oleh Allah. Manusia tak lain adalah wayang, dan Allah
adalah dalangnya. Diibaratkan juga Allah sebagai penulis novel dari cerita
tentang dunia ini. Yang mencakup alam semesta dan isinya. Juga sejarah umat
manusia sudah ditentukan oleh Allah dari awal sampai akhir. Itulah anggapan
dari kaum Jabariyah. Berbeda dengan Jabariyah, Mutakallimin yang lain yaitu faham
Qadariyah, berpendapat bahwa amal perbuatan dan perilaku manusia ditentukan
oleh manusia itu sendiri. Tidak ada sedikitpun campur tangan Tuhan. Manusia bebas
menentukan dirinya sendiri dan kehidupanya ditentukan oleh dirinya sendiri.
Perbedaan kedua aliran theologi diatas, di damaikan oleh
faham Asy’ariah yang beranggapan bahwa segala sesuatu nya sudah ditentukan oleh
Allah. Tetapi manusia mempunyai daya dan upaya untuk memilih. Allah dengan
takdirnya sudah menentukan. Dan tugas manusia adalah memilih. ada mati ada
hidup, ada baik ada buruk, ada salah ada benar. Tugas manusia adalah memilih
diantara itu. Disitulah letak daya manusia.
Hal ini diperjelas lagi oleh Nur Cholish Madjid (Cak Nur)
yang beranggapan bahwa Taqdir adalah ketetapan allah terhadap alam semesta atau
bahasa sederhananya Hukum alam. Misalanya, api itu panas, es itu dingin, benda
kalau dilempar keatas akan jatuh kebawah, dan hukum alam yang lain. Masalah
amal perbuatan manusia, cak nur menjelaskan bahwa manusia memiliki ikhtiar atau
usaha terhadap amal dan perbuatanya. Manusia juga mampu memanipulasi takdir
dengan ilmu pengetahuanya. Misalnya, manusia pada dasarnya tidak bisa terbang,
tetapi dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu memanipulasinya.
Jadi, takdir dalam artian generiknya tidak sama dengan
nasib. Kita miskin bukan karena takdir, kita bodoh bukan karena takdir. karena
kita mempunyai daya ikhtiar untuk mewujudkan agar kita tidak bodoh, atau agar
kita tidak miskin. Singkatnya, takdir adalah hukum-hukum alam yang sudah ada
sejak dari penciptaan. Takdir buka nasib, pun halnya dengan kebetulan, itu juga
bukan takdir.
*Penulis di Takdir (kan) untuk Menulis ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar