Oleh: Ulfiana*
Kini
Indonesia menjadi lumbung korupsi. Berbagai sisi kehidupan telah dipenuhi
dengan aksi tidak sehat ini. Pemerintah yang seharusnya menjadi wakil dari
rakyat malah berkhianat atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Mereka
tidak lagi dapat dijadikan tumpuan rakyat dalam memajukan bangsa ini sehingga
tidak salah jika masyarakat tidak lagi menaruh percaya dengan pemegang tampuk
kekuasaan di Indonesia ini.
Bahkan
korupsi telah menyebabkan ketidakmamuran masyarakat dalam berbagai hal, seperti
dalam pendidikan, pembangunan yang tidak tuntas, kemiskinan, kebobrokan moral,
dan sebagainya. Kemudian hal yang paling ironis dari akibat korupsi adalah
krisis kepercayaan oleh masyarakat kepada pemerintah. Hal inilah yang
menjadikan masyarakat apatis terhadap berbagai isu yang tejadi di Indonesia.
Dari
segi pendidikan, korupsi telah menelan pelajar miskin
yang seharusnya menuntut ilmu. Bermiliar uang yang telah diambil dengan merasa
tidak bersalahnya oleh pemerintah menjadikan anak-anak di usia produktif tidak
belajar dengan alasan tidak mendapat beasiswa sehingga tidak heran jika banyak
anak kecil yang mengamen di jalanan. Padahal uang yang dikorupsi tersebut
seharusnya dapat memintarkan rakyat malah dijadikan sebagai pemuas nafsu
pribadi yang tidak ada habisnya. Semakin meninggi angka anak yang tidak sekolah
maka tinggal menunggu saja kehancuran negera ini. Karena pendidikan adalah
penentu dari kemajuan bangsa.
Kemudian
akibat dari adanya korupsi yang semakin merajalela adalah pembangunan yang
tidak tuntas. Hal tersebut sebagaimana pembangunan proyek di Hambalang
yangbelum juga selesai padahal pembangunan telah dimulai sejak lama. Dan
pembangunan jembatan di Lebak, Banten yang ditangani sangat lambat oleh
Gubernurnya. Dua peristiwa tersebut hanyalah sebagai perwakilan dari banyak
kasus yang belum terselesaikan atau mungkin tidak terselesaikan.
Pun
korupsi telah menyengsarakan rakyat Indonesia, sepertinya maraknya kemiskinan,
terjadinya busung lapar di berbagai tempat, dan sebagainya. Sebut saja,
banyaknya masyarakat yang hidup di kolong jembatan, di tepian rel kereta api,
atau bahkan di jalanan. Sedang pemerintah tidak memperhatikan kebutuhan
rakyatnya malahan sibuk untuk memperkaya diri dengan uang yang bukan haknya.
Kemiskinan itu sudah dianggap sebagai hal yang biasa atau mungkin sebagai
penghias gedung-gedung yang menjulang tinggi bak pencakar langit. Bukankah ini
hal yang sangat membuat hati perih? Sehingga tidak heran jika Indonesia berada
di posisi 124 dalam kesejahteraan di kancah internasional berdasarkan hitungan
Development Report 2011.
Korupsi
sudah mengakibatkan kesulitan dalam masyarakat yang tidak ada ujungnya. Namun
praktik ini semakin subur seiring dengan banyaknya kasus yang terungkap dalam
pemerintahan Indonesia. Ironisnya pula, masyarakat di Indonesia tidak lagi
percaya dengan pemerintah sehingga hal ini akan menyebabkan tidak adanya
kontrol tehadap pemerintah. Penulis berpendapat demikian karena dari fenomena
masyarakat yang ogah-ogahan untuk memilih pemimpin ketika dia tidak
diberi uang yang disebut-sebut sebagai ganti dari gaji kerjanya selama sehari
tersebut dan ketika dia tidak mendapatkan uang, dia lebih memilih untuk kerja
dibandingkan memilih pemimpin.
Dari
berbagai segi yang telah disebutkan, seolah-olah Indonesia akan terus menuju
kepada kemunduran sehingga pemerintah harus memperbaiki citra agar masyarakat
tidak apatis dengan kejadian-kejadian yang menjadi masalah bersama. Pemerintah
harus kembali kepada tugasnya yakni menjadi fasilitator rakyat dalam mewujudkan
kemakmuran di Indonesia. Karena kepercayaan rakyat sudah dalam titik nadir yang
mengkhawatirkan jika tidak segala ditangani.
Penyalahgunaan
kekuasaan oleh kaum birokrat seperti sudah menjadi budaya yang mendarah daging.
Seperti dalam tubuh DPR yang seharusnya ia menjalankan amanat rakyat untuk
menyampaikan aspirasi malah jarang hadir dalam pembahasan masalah rakyat dan
ini merupakan bentuk sebuah korupsi pula, yakni korupsi waktu dan termasuk juga
memakan gaji buta.
Lalu
siapa yang dapat memperbaiki keadaan yang sudah tidak keruan tersebut? Penulis
menaruh harapan besar kepada pelajar muda yang merupakan agent of change untuk
turut dalam melakukan perubahan di Indonesia. Di tangan-tangan itulah
diharapkan tumbuh pemimpin-pemimpin yang akan memakmurkan Indonesia. Para
pelajar muda harus memprioritaskan intelektual dengan tidak menafikan perpolitikan.
Meski pada kenyataannya pendidikan di Indonesia tidak mengalami kemajuan
signifikan malahan mengalami kebobrokan.
Korupsi-korupsi
yang terjadi di Indonesia tidak lain juga disebabkan adanya krisis moral.
Dengan demikian masyarakat harus menjadikan moral sebagai pijakannya untuk
melangkah ke depan. Karena tanpa adanya moral maka negara ini tidak akan
mengalami perbaikan malahan akan menjadikan semakin dalam bobrok. Meski
masyarakat sudah kehilangan percaya namun perbaikan dalam segala hal masih
dapat diupayakan untuk menjadikan Indonesia menjadi negara yang lebih maju
walau mungkin menurut sebagaian orang solusi ini adalah suatu hal yang utopis.
*Kader HMI Komisariat Ushuluddin dan
Filsafat, Aktivis PIUSH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar