Oleh: Sadam Husein **
Sewaktu siang saya sedang menikmati indahnya
Alun-alun kota Pare, dengan antusias melihat di sekitar tanpa luput satu pun
yang terlewatkan dari pandangan saya, cuaca yang panas namun asri menghiasi
gedung dan penataan kota yabg rapih, dengan hiruk pikuk saat itu terjadi, sudah
menjadi hal yang biasa ketika aku berada di ibu kota indonesia yaitu jakarta,
yang justru lebih parah dari pada itu. Namun, tak Berbeda dalam menjalani
aktivitas sehari-hari, ada yang sekolah, bekerja, Pedagang Kaki lima, sampai
ada yang menarik becak motornya.
Dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat, seseorang dengan kelas ekonomi atas dapat saja merasakan segala kemewahan kehidupan dunia.
Namun,
beda halnya dengan ekonomi menengah kebawah. Sekiranya masyarakat indonesia
merupakan contoh konkrit mengenai ketimpangan kelas ekonomi. Seseorang dengan
kelas ekonomi bawah, jangankan memenuhi kehidupanya, untuk makan sehari-hari
mereka pun harus mengucrkan keringat berlebih hanya demi sesuap nasi.
ketika sedang menikmati suasana dan
secangkir kopi, seketika terpaku pada salah satu penarik becak motor, dengan
muka tampak lesuh dan kecewa, dengan khas bau sinar matahari yang
menyelimutinya, baju yang sederhana tampak menghiasinya, dengan langkah yang
berat tak kuduga mendekati dan duduk di sampingku. Dia adalah bapak haryono,
dia adalah salah satu warga pare jawa timur. sehari-hari dia bekerja hanya
sebatas menarik becak motornya.
"Iya nih mas, saya sudah
dari kemarin narik tapi belum ada satupun penumpang, jangankan makan ngopi pun
saya ndak mas". Ketika dia menjawab pertanyaan saya perihal pekerjaan.
Dia
melanjutkan,
"mencari nafkah saat ini memang
sangat sulit,
saya tidak bisa menghidupi Ke empat anak saya. Maka saya terpaksa harus menitipkan mereka ke panti asuhan, dan istri saya pun yang
entah kemana meninggalkan saya, belum juga orang tua saya yang sakit-sakitan, belum lagi saya
sendiri mas pusing saya mas."
Dari perkataan tersebut,
saya menyadari betapa ketimpangan terjadi di Negri ini. Dibalik
bangunan-bangunan kota yang megah dan kayanya alam Indonesia, hanya sebagian
orang saja yang dapat merasakannya dan mendapatkan keuntungannya, tapi justru
masih banyak orang-orang yang sama sekali tak pernah merasakan kenikmatan itu.
Akutnya permasalahan
ekonomi, tak hanya membuat bapak haryono kehilangan keluarganya, bahkan bapak
tersebut juga mulai sakit-sakitan. “Saya juga sering merasakan sakit perut”.
Sambil menunjuk perut yang ada bekas jahitan luka yang jauh dikatakan sempurna.
Begitu teriris saya mendengarkan
curhatan bapak ini, memang kehidupan saat ini di negri kita tercinta ini, bahwa
tak semua bisa merasakan manisnya hidup yang kita jalani saat ini, tak
seimbangnya pendapatan dengan kebutuhan, sehingga masyarakat kelas menengah
kebawah seakan semakin terpuruk dan semakin pesimis menjalani hidup.
Kebutuhan sandang dan pangan yang
harganya semakin melunjak, ditambah lagi dengan harga BBM yang inkonsisten,
membuat masyarakat yang notabene jelas menengah kebawah sangat merasakan betul
asam manisnya kehidupan di negeri ini.Salah satunya harapan dari masyarakat
hanya pada pemerintah untuk bagaimana mencari solusi atas kebijakannya untuk
menaungi masyarakat menengah kebawah.
Lihat profil: Sadam Husein
Tidak ada komentar:
Posting Komentar