BREAKING

Selasa, 15 Maret 2016

Besment Ushuluddin dan Para Pencari Inspirasi

Oleh: Dedy Ibmar**



Sulit bagi saya untuk tidak menyertakan Basement Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah sebagai spirit of human being. Saya jatuh cinta pada tempat ini karena pada beberapa derajat, ia jauh lebih mendewasakan dan mencerdaskan daripada apa yang dilakukan Pak Rektor kepada saya.

Mungkin basement adalah ibu saya yang lain. Berkali-kali dibuat jatuh cinta, dibuat marah, dibuat patah hati, berkali-kali juga saya dibuat tak berdaya dan bersimpuh diam ketika dunia sudah kepalang brengsek.

Di basement itu saya menemukan terlalu banyak alasan untuk menjadi sebenar-benarnya manusia. Tentang bagaimana tempat ini memejalkan keinginan membaca saya pada titik paling tinggi, juga tentang bagaimana di tempat ini saya menemukan manusia-manusia getir yang begitu optimis menjalani hidup. Lebih dari itu, tempat ini adalah tempat dimana setiap kenangan bermuara hingga berujung haru.

Tentu saja terlalu banyak hal sentimentil yang bisa kita gali dari basementUshuluddin. Seperti kehilangan pacar, teman, rokok, kopi atau bahkan kehilangan akal sehat karena mengganggu latihan organisasi paduan suara kampus.

Tapi yang membuat basement Ushuluddin jadi istimewa, selain kopi, rokok atau gorengan adalah sesuatu yang menyangkut perasaan. Ya.. Itu cinta. Basement adalah tempat yang banyak mempertemukan dua hati. Ia adalah saksi dari sekian banyak kisah percintaan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ada banyak alasan mengapa mereka yang sudah berkarat di kampus susah untuk tidak nongkrong di pojokan basement itu. Basement itu terlalu banyak memiliki sudut-sudut melankolis yang menjadi kediaman kisah cinta yang putus baik karena berpisah maupun menikah. Ini saintifik, ilmiah. Jika tak percaya, coba tanyakan teman, rekan, senior yang pernah punya hubungan percintaan di pojokan basementushuluddin itu.

Pernahkah kalian merasakan senja yang beranjak roboh (meskipun tak terlihat karna ditutupi tujuh lantai gedung Ushuluddin) sambil mendengarkan azan magrib di pojokan basement itu? Mendiskusikan logika (mantik) seraya menikmati sejuk sore dengan corat-coret lantai? Bermuka pucat karena tak tidur semalaman hanya untuk memandang perempuan pujaan masuk ke ruang kelas? Aah, mungkin itu hanya saya.

Bagi saya, basement itu seperti kesadaran, ia menjadi penting bagi banyak orang karena membuat tiap-tiap yang nongkrong punya rasa memiliki yang kuat. Buktinya, entah siapa yang punya kopi, tetap akan diminum dengan muka polos dan tak bersalah. Basement juga bisa disebut sebagai pengorbanan, karena di tempat ini kamu dipaksa menerima fakta keji yang demikian pahit, bahwa sahabat terbaikmu menjadi pengkhianat karena telah menikungmu dari belakang.

Di basement itu pula kalian dapat belajar bahwa uang bukan segalanya, mungkin ia bisa memberimu banyak hal. Tapi di tempat ini, kebersamaan dan keberadaan teman yang selow, kurang piknik dan punya energi ceng-cengan yang melimpah-ruah adalah alasan untuk tetap hidup. Di tempat ini kalian akan menemukan keriangan-keriangan goblok, tolol, namun dibungkus dengan bahasa kefilsafatan yang akademis. Meskipun hal itu berlangsung monoton (itu-itu doang) namun sama sekali tak mengurangi kadar serta kualitas kelucuannya.

Di basement itu kalian akan merasakan bahwa menjadi bodoh dan tak tahu apa-apa bukanlah pilihan. Di tempat ini terlalu banyak sumber pengetahuan yang membuat orang paling goblok, setidaknya bisa memahami hidup dengan membaca, berdiskusi atau sekadar kursus singkat dari para pencari inspirasi.

Sekiranya, makna-makna itulah yang mungkin tak dapat dijangkau oleh kalian “Dede Rosyada and The Geng”. Kebanyakan anda-anda semua hanya melihat basementsebagai tempat kotor dan kumuh yang hanya layak diinjak-injak untuk dilewati. Larangan merokok serta lulus lima tahun merupakan sebagian kebijakan yang membuat mahasiswa mengurangi jadwal nongkrongnya. Bahkan yang lebih parah,basement sebagai tempat nongkrong penuh cerita itu saat ini telah dibentuk menjadi ruang-ruang yang tak begitu jelas.

Khusus untuk Pak Rektor Dede Rosyada tercinta, sekali-kali bapak benar-benar harus nongkrong di basement fakultas-fakultas, khususnya di Fakultas Ushuluddin yang semoga tidak akan bernasib sama dengan Basement Fakultas Dakwah yang kini sudah beralih fungsi. Dengan begitu, saya haq al yaqin bapak pasti akan merasakan sensasi seperti yang saya katakan di atas. Santai pak, nongkrong di basement nggakbakal digerebek teroris kaya di Starbucknggak bakal ditabrak Lamborgini, nggakmengandung Sianida juga pak. Semuanya aman. #RektorAyoNongkrong


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2009 Piush
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube