Oleh: IkhsanYaqub
Siapa yang tidak pernah patah hati? Bagi
anda yang pernah mengalaminya, pastinya pedih tak terkira, ya? Langit runtuh, bumi
bergemuruh. Makan tak kenyang, tidur pun tak nyenyak. Padahal dulu, ketika
cinta baru menyapa, ‘tai kucing pun
rasa coklat'. “Ah, lebay lu,” ledek seorang teman.
Lantas, mengapa segalanya menjadi
terbalik? Apakah cinta memang di atas segala-galanya? sehingga begitu kapal
cinta itu kandas diterjang badai, kita pun seolah-olah ikut tenggelam dan karam
bersamanya.
Bicara soal patah hati, menurut
banyak teman saya, adalah hal yang paling mengerikan di dunia. Coba, hitung
saja alasan-alasan bunuh diri yang banyak diberitakan. “Ngga mau lagi deh, pokoknya lebih serem dari Zika (Virus yang
sedang mewabah di Amerika Latin)”, keluh seorang teman.
Terus bagaimana agar kita tak
terjangkit penyakit itu? Begitu pasti
anda bertanya. Dibawah ini adalah trik-trik yang saya tuliskan dari berbagai
nasihat teman-teman saya, ketika saya terjangkit penyakit itu beberapa bulan
lalu.
Trik pertama adalah, buatlah
nominasi-nominasi (peringkat) ketika kita kesemsem
dengan seseorang. “Maksudnya,” kata teman saya, “jangan sekali-kali suka dengan
satu orang saja, sampai kita buta bahwa, diluar sana, ada banyak orang yang lebih
baik dan hebat darinya.” “Tapi cinta ‘kan emang
buta!” bantah teman yang lain.
“Soalnya,” lanjut teman saya
menggurui”, “kalau kita tidak punya cadangan, kita akan kelimpungan sendiri.
Kalau pakai nominasi begini kan asyik. Nominasi pertama gagal, tinggalkan saja,
ganti nominasi kedua. Nominasi kedua mulai lapar (baca: ‘aneh-aneh'), ya ganti
lagi. Ganti. Begitu seterusnya. Sampai puluhan nominasi pun tidak masalah, yang
penting dunia persilatan aman, kan?” Tapi perlu digarisbawahi, jangan sampai
orang yang dinominasikan itu tahu. Sebab kalau ‘beliau-beliau’ ini sampai tahu,
wah, anda tahu sendiri lah akibatnya.
Trik
yang kedua, curahkan setengah saja hatimu padanya. Dengan demikian, apabila
gagal, kita masih punya setengah lagi untuk ‘ancang-ancang’ lagi. “Jatuh cinta ‘kan
ibarat makan duren; kebanyakan mabok, kurang melongok,” seloroh seorang teman
di tempat lain.
Ini penting, terutama bagi kaum
hawa. Karena dalam mainstreem masyarakat patriarki seperti Indonesia, “Cewek kalau sudah bekas, harganya
berkurang. Cewek ‘kan dinilai dari
masa lalunya. Cowok mah enak, dinilai
dari masa depannya. Jadi, sebobrok-bobroknya cowok, kalau dia anggota DPR, atau aktor bergelar ‘rising star', misalnya, yah, hapus sudah
masa lalunya, sehitam apapun”, tutur seorang teman perempuan yang juga aktifis gender.
Jadi, meski anda sudah betul-betul falling in love, jangan lantas anda
merelakan segalanya, bulat-bulat, buat dia. Ingat, mau seromantis apapun ‘modusnya’,
tetap saja hanya omongan dan gaya belaka. Karena tidak ada hukum yang mengikat
(pernikahan). Banyak omong dan gaya tidak banyak membantu, ‘kan?
Trik yang ketiga adalah, percaya dan
yakinlah pada pameo lama: ‘lebih baik dicintai daripada mencintai', kata orang sih,
itu juga kalau anda mau cari aman banget. “Mencintai ‘kan pekerjaan penuh
resiko. Jadi kalau tidak mau resiko yang ‘jleb’
itu (baca: ‘patah hati'), ya sudah, nikmati saya ‘sajian’ (baca: ‘cinta’) yang
sudah ada,” canda teman saya sambil terbahak. Terkecuali bagi anda yang
mempunyai prinsip: ‘Tak ada rotan akar pun ngga
usah sekalian'.
Nah, inilah trik pamungkas. Yakinlah
bahwa jodoh itu ditangan Tuhan. Jadi jangan takut ngga kebagian, deh. Usahakan, namun hasilnya pasrahkan saja. Tidak
ada betul-betul tahu dan mampu mengendalikan masa depan, bukan? Bahkan tidak
ada manusia yang tahu sampai mana batas kemampuannya sendiri. Paling-paling
kita hanya bisa ber-angan, berusaha, minimal berjanji lah.
Nah buat anda yang sudah/sedang
patah hati, jangan mau terkena penyakit ini lagi. Sibukkan diri anda dengan
hal-hal yang produktif, karena, mengutip Richard Brodie dalam bukunya ‘Virus of
the Mind': “Hidup bukan hanya untuk makan dan berkembang biak saja.
Lihat Profil: Ikhsan Yaqub
Lihat Profil: Ikhsan Yaqub
Tidak ada komentar:
Posting Komentar