Oleh Ramdhany
Dalam setiap kesempatanku
mengisi materi di acara pelatihan kader di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam,
aku sering mengatakan kepada peserta, mengapa Tuhan atau Allah itu sangat membenci
dosa syirik?
Aku kemudian menjelaskan
bahwa syirik berarti mengelingkuhkan atau berselingkuh. Seseorang dapat
dikatakan syirik atau berselingkuh jika seandainya seseorang itu pada mulanya
telah mengikatkan suatu komitmen kepada sesuatu, dan dalam konteks syirik
berarti berkomitmen kepada Tuhan atau Allah. Akan tetapi di tengah
perjalanannya, seseorang itu mengikatkan komitmen-komitmen yang lain kepada
sesuatu selain Tuhan atau Allah.
Kemudian aku pun
menganalogikan kasus tersebut dalam fenomena yang tejadi dalam konteks
interaksi sosial. Seseorang dapat dikatakan selingkuh jika ia telah memiliki
kekasih yang sah, baik sah menurut agama, negara, maupun suka sama suka.
Dampak dari perselingkuhan
sangatlah fatal. Perselingkuhan dapat menyebabkan hubungan seseorang menjadi
retak, hancur bahkan bisa memutuskan tali ikatan kasih antara satu dengan yang
lainnya. Perselingkuhan merupakan pintu masuk bagi prahara kisah cinta yang
berubah mejadi kebencian.
Berselingkuh berarti pula
meduakan, mentigakan dan seterusnya. Artinya berselingkuh pada dasarnya
menjadikan diri seseorang itu tidak bebas, atau terjajah, karena dirinya telah
memiliki banyak sekali ikatan dengan sesuatu yang lian.
Maka sangatlah wajar jika
seseorang akan merasakan cemburu atau benci yang teramat dalam kepada
pasangannya yang melakukan perselingkuhan. Bahkan lebih jauh, jika seseorang
berselingkuh, sudah bisa dipastikan tiada maaf lagi baginya.
Berselingkuh itu prilaku yang
menyimpang dari thabi`at atau fitrah manusia. Jalan yang benar adalah ketika ia
telah mampu mempertahankan komitmen awalnya pada satu hal saja. Manusia merdeka
adalah ia yang tidak melakukan perselingkuhan, walau sepintas memang selingkuh
itu terasa indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar