Tidak Perlu Teks Proklamasi Itu Dikumandangkan
Oleh: Lina Sobariyah Arifin
Mempelajari
kembali susunan alam, mengulik ulang artefak-artefak yang sudah menanti
untuk digali. Gapura suci yang memberikan suatu ibarat selamat datang
pada kehidupan, masuk ke dalam dunia penuh mitos yang menawan. Banyak
keganjalan yang tersimpan, aromanya selalu menarik-narik kaki untuk
meninggalkan jejak peradaban. Suatu hal yang unik dari peradilan,
pemutusan dan pemecahannya yang penuh akan ke-supranatural-an. Adakah
insan yang suci di sini? Bersih diantara mereka yang sudah terbiasa
tinggal berkubang di lautan madu yang sebenarnya pahit.
Orang-orang yang dulu pernah berjaya pun, yang dipandang selalu
sempurna dan penuh akan karismatik, termasuk dalam manusia yang pernah
dan terbiasa hidup dalam kubangan tersebut. Banyak hal yang sengaja
ditimbun, demi kesempurnaan hidup dalam imperium yang penuh dengan
keriuhan. Perlukah kita memutar waktu dan hidup di zaman Jaya Baya? Dan
mendengar cerita-cerita akan ramalan-Nya, betapa busuknya mereka yang
mempunyai kekuasaan dan tanggung jawab penuh terhadap daratan yang
dianggap makmur ini.
Bagai gading yang tak
bisa retak, ketidaksempurnaan mereka seakan-akan berhasil tertutupi
dihadapan manusia-manusia awam. Begitu awamnya mereka, demi masa depan
cerah yang mereka impikan, mereka tukarkan dengan kesenangan yang hanya
sekelibatan mata. Hanya sebatas wacana, kelak akan makmur di bawah
permainan indah Mereka. Dan akhirnya tersedar, kemudian saling
menyalahkan, serta banyak timbul pertanyaan.
Hanya sampai di sinikah kita bisa mempertahankan, apa yang mereka
perjuangkan siang dan malam. Mungkin di sana sudah menjadi lautan air
mata, air mata yang berjatuhan dari kelopak-kelopak dan kemudian
mengalir diantara kerutan kulit yang dimakan usia. Apa gunanya Sang
Proklamator meproklamirkan dihadapan dunia di kala 68 tahun yang lalu,
ketika muda-mudi pada saat itu berpanas-panasan menahan nafsu
menjalankan kewajiban kerohanian. Dan sekarang, masih peduli kah kita
akan para pahlawan yang berperan di belakang layar?.
Mulai terlihat perebutan ideologi, krisis identitas kebangsaan terjadi,
Nilai-nilai Nasionalisme mulai pudar, Nilai Tradisional di geser oleh
Nilai Lliberalisme Barat, nilai Sosialisme bahkan Komunisme, serta
Nilai-nilai Islam saling tari-menarik keras, perang antar saudara dan
Terorisme merajai di mana-mana. Kemudian banyak tokoh-tokoh bermunculan
yang berpengaruh besar dalam pemikiran dunia yang berasal dari
Neo-Liberalisme (yang membawa perubahan dalam Nilai-nilai Liberalisme
lama) dan Neo-Islam (membawa kemurnian Nilai-nilai Islam sebagaimana
zaman Khulafaur Rasyidin).
23 Agustus 2013 pukul 11:24
Cilegon, 16 Syawal 1434 H (07:35)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar