Pada tanggal 8 juli 2012, HMB (Himpunan Mahasiswa Banten)
mengadakan acara yang bertajuk “Tribute to
Syafruddin Prawiranegara”, yang hadir sebagai pembicara adalah Mufti Ali (sejarawan),
Chalid Prawiranegara (putra Syafruddin prawiranegara), Bonnie Triana (sejarawan
muda), Najmudin Busyro, dan sebagai moderator adalah Lili Romli (peneliti
LIPI). Acara seminar berjalan lancar, hangat
dalam suasana kekeluargaan. Chalid Prawiranegara menjadi tokoh sentral dalm
berjalannya acara seminar ini, dikarenakan ia merupakan putra dari tokoh Syafruddin
prawiranegara, jejak-jejak historis dari Syafruddin masih melekat secara
langsung pada diri chalid, ia mencoba menghadirkan ayahnya sebagai seorang yang
bermartabat tinggi, seorang pejuang kemerdekaan, seorang agamawan yang moderat,
seorang tokoh nasional, dan seorang yang berasal dari daerah Banten kampung Anyer,
Lebak.
Ada wacana yang menarik dari Syafruddin,
yaitu mengenai gunting Syafruddin, ide nya mengenai “gunting Syafruddin”, yaitu ketika tahun 1951 masih banyak uang
asing yang bertebaran, ada mata uang NICA, mata uang jepang, dan ORI (Oeang
Republik Indonesia), karena uang itu telah menyebar luas di masyarakat
indoanesia, Syafruddin menelurkan ide untuk menukarkan setiap mata uang asing
kemudian diganti dengan mata uang Indonesia, setiap dari nilai mata uang asing
yang ditukarkan ke mata uang Indonesia yang bernilai lebih dari lima rupiah
harus dipinjamkan kepada negara, kemudian setengahnya lagi boleh dibawa oleh
pemilik mata uang asing itu dalam bentuk cash. Uang yang
dipinjamkan setengahnya tersebut kepada negara ditukarkan dalam bentuk surat
obligasi yang 20 tahun setelahnya boleh ditukarkan kembali kepada uang senilai
dalam surat obligasi tersebut beserta bunganya. Usaha Syafruddin ini sangat
bagus dalam perjalanan pemerintahan PDRI, selain sebagai modal awal jalannya
pemerintahan, hal ini juga dapat menekan inflasi pada mata uang Indonesia.
Kebijakan tersebut juga dinilai menguntungkan bagi masyarakat kecil, masyarakat
yang memiliki uang kurang dari lima rupiah tidak perlu menukarkan uangnya.
Usaha Syafruddin tidak hanya sebagai
proteksi dari penjajahan belanda, tapi sebagai upaya nasionalisme dan anti
kolonialisme yang didengungkan oleh penjajah. pembentukan PDRI (Pemerintah
Darurat Republik Indonesia) yang diprakarsai bersama Muhammad Hatta adalah
upaya penyelamatan NKRI secara utuh agar dapat menjaga kehormatan Indonesia
sebagai negara yang bermartabat dan bernasionalisme.
Peran
Syafruddin Prawiranegara tidak hanya sebagai orang yang melanjutkan
kepemimpinan pemerintahan Indonesia, tetapi juga sebagai orang yang menjaga
eksistensi Indonesia sebagai negara yang utuh, yang memiliki kepemimpinan,
memiliki rakyat, dan memiliki wilayah yang satu, yaitu Indonesia.
Syafruddin memimpin PDRI selama 6 bulan
22 hari, memimpin Indonesia yang masih berdiri lunglai dan hampir roboh.
Tentunya perjuangan Syafruddin tak lepas dari dukungan kawan-kawannya, seperti Muhammad
Hatta, Sutan Syahrir, Agus Salim. Tetapi karena tulisan ini menitik beratkan
lebih pada ketokohan Syafruddin Prawiranegara sebagai Presiden darurat pemerintah
Indonesia.
Patut diapresiasi seorang negarawan yang
bersikap agamis seperti Syafruddin, hidup dalam kesederhanaan meskipun di dalam
struktur kepemimpinan pemerintahan ia merupakan salah satu tokoh yang vital
dalam perjalanan panjang pada era awal kemerdekaan. Diceritakan pada seminar
diatas bahwa Syafruddin merupakan seorang muslim yang moderat, tanpa
meninggalkan al-quran ia mencoba untuk menyeimbangkan antara kehidupan saat itu
dengan etika keislaman. Syafruddin mengatakan bahwa tidak perlu kaya harta,
yang penting hatinya kaya. Artinya segala yang ada apapun pada diri kita
haruslah disyukuri sebagai nikmat tuhan yang tak terhingga banyaknya yang
diberikan kepada kita.
Acara
ditutup dengan penyerahan penghargaan kepada keluarga Syafruddin Prawiranegara karena
kontribusinya yang sangat besar terhadap Indonesia umumnya dan kita sebagai
masyarakat Indonesia khususnya, karena jika tak ada Syafruddin Prawiranegara sebagai
pemimpin PDRI tentulah diragukan jika eksistensi Indonesia dan kita akan ada.
Terlepas
dari siapa Syafruddin Prawiranegara, seorang berketurunan kerajaan Pagaruyung,
seorang Minangkabau, seorang Banten, Syafruddin tetaplah Syafruddin yang
menjadi perekat bangsa Indonesia, seorang nasionalis yang menjaga keutuhan
bangsa dari perpecahan yang dihembuskan oleh penjajah. Terimakasih Pak
Ketua...!
mas saya dari mahasiswa ilmu komunikasi untirta, mau izin nanya punya kontak nomer pak nadjmudin busyro tidak? saya ingin wawancara beliau untuk kepentingan tugas kuliah. mohon dibalas :)
BalasHapus