RESISTENSI DUNIA PIKIR MAHASISWA
oleh: @Muflih666
Telah hadir berjuta tutur
kata yang mewakili gagasan tentang manusia dalam rangka menyibak tirai
persembunyian manusia yang sesungguhnya. Satu hal yang tak terhindarkan dari
manusia itu bahwa ia tak akan pernah berhenti untuk mencari ke-apa-an yang
berada di balik seonggok daging tubuh manusia itu, meskipun pada akhirnya ia
hanya menemukan hirarki penafsiran tanda-tanda tentang manusia yang
susungguhnya.
Manusia adalah hewan yang berfikir – paling tidak kata-kata atau
penanda (signifier) itu yang sering didengungkan oleh manusia untuk merujuk
pada suatu konsep atau petanda (signified) tentang manusia -. Berfikir ini juga merupakan pembeda (differensia)
antara manusia dan bukan manusia. Berfikir
ini tertuang dalam ranah nyata dengan nampaknya perubahan-perubahan yang
dialami oleh manusia dan tidak dialami oleh hewan lainnya. Lebah – contoh hewan
lainnya – tak pernah mengalami perubahan. dari waktu ke waktu manusia mengalami perubahan dalam pembuatan
rumahnya, sementara lebah tidak, begitupun hewan lainnya. ini merupakan petanda
(signified) yang diwakili oleh penanda
(signifier) kata Berfikir dan sekaligus
pembeda (differensia).
Dari sekian panjangnya perjalanan manusia dengan diiringi
kepentingan-kepentingan yang lahir dari berfikir-nya itu, sehingga membentuk
suatu kerumunan yang disebut masyarakat. Mahasiswa
hadir sebagai salah satu penanda (signifier) yang merujuk pada suatu
konsep atau petanda (signified) tentang masyarakat yang bertaraf didik diatas
rata-rata. Pembeda (differensia)mahasiswa
dengan bukan mahasiswa ialah cara
berfikirnya yang tertata dengan ukuran tertentu tergantung dengan bidang atau
jurusan apa yang sedang ia geluti.
Mahasiswa bertemu dengan para pejabat kampus yang terdiri dari dosen,
dekanat, dan rektorat dalam rangka memenuhi kepentingannya. Mereka membentuk
suatu kepentingan bersama atas tuntutan terpenuhinya kepentingan masing-masing.
Pihak pejabat kampus mau tidak mau harus bisa menjadikan mahasiswa sebagai mahasiswa, yakni membentuk cara berfikir
yang tertata sesuai dengan bidangnya. Selama tuntutan tersebut belum terpebuhi,
maka mahasiswa bukanlah mahasiswa.
Polemik yang sedang terjadi kini ialah para pejabat kampus hanya cenderung membentuk mahasiswa yang tidak
memakai sendal, celana sobek, kaos oblong, berambut gondrong, dan lain sebagainya. Pertanyaannya ; apakah dengan tidak
memakai sendal, celana sobek, kaos oblong, dan berambut gondrong merupakan penanda yang berpetanda bahwa mereka adalah mahasiwa ?, tentu tidak. Sungguh
berserakan mereka yang berkostum rapi
katanya dan menyebutdiri sebagai mahasiswa, namun bukan mahasiswa.
Ada hal yang lebih mendasar yang bersembunyi di balik penanda
mahasiswa. Untuk mendapatkan pemahaman tentang konsep mahasiswa yang memadai, perlu didahulukan
kemengertian tentang mahasiswa sebelum diartikan sebagai mereka yang berkostum rapi. Hal itu adalah terbentuknya cara
berfikir yang tertata sesuai bidang tertentu.
Kami berharap agar pejabat kampus memperhatikan sistem ajar yang
mereka ciptakan dan aplikasi pengajaran terjadi di kalangan mahasiswa. terlebih
salah satu fenomena yang menyayat hati kami ialah diizinkannya stand pemeran
dan penjualan pakaian atau busana yang sedang booming di beberapa halaman fakultas, sementara tak pernah nampak
di mata kami pameran atau penjualan buku-buku panduan berharga miring yang
dapat mendukung aktivitas kami sebagai mahasiswa. oleh karena itu terkadang
kami berfikir bahwa kami yang bersendal jepit, bercelana sobek dan berambut gondrong
adalah penanda berpetanda resistensi dunia pikir mahasiswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar