Inilah Perjumpaanku Dengan Filsafat
oleh
Lina
Sobariyah Arifin , Ciputat,
11 Januari 2013
Aku
yang dulu termasuk yang anti akan filsafat. Yang masih memandang filsafat merupakan
ilmu yang tidak patut di pelajari. Dan sekarang aku sendiri terjebak dengan apa
yang dulu aku benci.
Tidak
pernah aku duga, aku sekarang menjadi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dengan Jurusan Aqidah Filsafat. Sempat
berpikir hanya main-main di jurusan ini. Dan akhirnya, yang berawal dari
main-main inilah aku mulai terjebak akan jebakanku sendiri.
Di
Aliyah (SMA) aku pernah belajar Ilmu Kalam. Dan inilah awal perjumpaanku dengan
filsafat. Jujur, aku sama sekali tidak mengerti dan tidak mau mengerti dengan
mata pelajaran ini. Yang menurut aku hanya sebuah “omong kosong” belaka yang
mereka bicarakan. Dengan pencarian-pencarian Tuhan, dimanakan Tuhan anda?
Bagaimanakah wujud dari Tuhan anda? Apakah Tuhan anda sama halnya dengan kita
manusia? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang aku dapatkan dulu.
“Cukup
hanya di Aliyah sajalah aku mengenal filsafat!”, dan inilah pernyataan yang aku
lontarkan dulu. Dan ternyata, sekarang aku sendiri tidak memahami dan menyadari,
kenapa aku terjebak dalam kebingungan-kebingungan yang mengasyikan ini? Aku
yang dulu bertekad bulat untuk masuk ke Fakultas Adab dan Humaniora dengan
Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, dan aku sudah berada persis di ambang
pintunya. Tapi, entah kenapa aku berbelok haluan ke Filsafat.
Dengan
mengikuti berbagai jalur demi masuk ke UIN Jakarta. Mulai dari BIDIKMISI,
Mandiri, dan yang terakhir Program BLU dari Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.
Dan di BIDIKMISI, aku mengambil Jurusan Psikologi, dan ini merupakan bukan
Jurusan yang aku pilih. Di Mandiri aku mengambil jurusan yang sudah aku
rencanakan jauh-jauh hari, yaitu Sejarah dan Peradaban Islam.
Akhirnya
aku lulus tes di jalur Mandiri dengan jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, dan
mendapat beasiswa dari program BLU dengan jurusan Aqidah Filsafat. Dengan
pasti, aku mengambil jurusan SPI. Tapi, entah kenapa Ayahku lebih memilih
Aqidah Filsafat, yang menurut Dia jurusan yang cocok untukku. Dan inilah,
sekali lagi aku serasa menjadi sebuah boneka yang tak bertulang, yang tak
bernyawa, hanya mempunyai raga, hanya bisa meng-iya-kan apa yang sebenarnya
tidak patut aku lakukan.
Filsafat,
dari sinilah aku bisa mengenal wajah-wajah baru, yang semuanya berbicara dengan
landasan. Yang tidak hanya “omong kosong” yang dulu pernah aku pikirkan.
Diskusi
Logika, ini merupakan diskusi pertamaku. Yang merubah semua perspective aku
terhadap filsafat, merubah cara berpikirku, selalu membuatku bingung dalam
kebingungan-kebingungan yang mengasyikan. Dan dari sinilah aku mulai mengikuti
diskusi-diskusi di PIUSH (Pojok Inspirasi Ushuliddin) atas naungan HMI
Komisariat Ushuluddin dan Filsafat (KOMFUF). Mulai dari kajian Filsafat Klasik,
Logika, dan NDP (Nilai-nilai Dasar Perjuangan, Nurcholis Madjid).
Walaupun dalam diskusi aku hanya terdiam dalam kebingungan, tidak mengerti akan
apa yang mereka bicarakan, dan selalu mencoba mengerti, walaupun tidak mengerti
sama sekali. Dan ketidak mengertian inilah yang membuatku selalu berpikir dan
akan selalu mencari. Dan dari sini jugalah aku mulai mengenal HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam).
Terima
kasih untuk orang-orang yang selama ini sudah menyesatkanku ke jalan yang
benar, dan selalu membuatku bingung dalam kebingungan-kebingungan yang
mengasyikan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar