Catatan I : Pengalaman Satu, Awal Masalah
Senin,
2 Juli 2012. Kesan pertama ketika tiba di desa Warung menteng terasa biasa
saja. Tidak ada hal yang menarik dan istimewa yang saya—dan mungkin sebagian
atau semua kawan-kawan-- rasakan. Hanya rasa capek dan lapar, karena mungkin
saya telah menempuh perjalanan yang lumayan cukup jauh, yaitu Ciputat-Cijeruk
perbatasan Bogor-Sukabumi, yang entah berapa kilometer jarak pastinya dalam hitungan matematis. ditambah rasa
ngantuk karena malam sebelum pemberangkatan ada acara nonton bareng final
pertandingan sepak bola antara Italia Vs Spanyol, team yang saya jagokan
mengalami kekalahan 4-0. Sungguh hasil yang mengecewakan. Dan memang benar,
saya kecewa dengan hasil pertandingan tersebut, bukan karena kekalahannya, tapi
pola pertandingan yang dibangun oleh team Italia sangat jauh dengan pola yang
dibangun oleh team Spanyol. Dan saya akui bahwa Spanyol memang layak menjadi
sang Juara di daratan benua biru, Eropa. Sungguh sikap yang yang objektif dan
bijaksana kan?
Balik
lagi ke konteks Warung menteng, tempat saya dan kawan-kawan mengadakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN). Tapi saya baru bertanya, kenapa harus ada kakaen? Saya berfikir mungkin selama ini
sekitar 6 semester para mahasiswa kuliah itu tidak nyata, mengawang-ngawang,
abstrak dan mungkin berhalusinasi. Tapi entahlah apa alasannya, yang penting
kita balik lagi ke konteks warung menteng di mana ada suatu hal yang menurut
saya agak ganjil. Kenapa harus ganjil, tidak genap? Ya, nanti kita jawab pertanyaan itu dikesempatan yang lain. Yang
penting kita balik lagi ke konteks Warung menteng yang tidak melakukan
penyambutan kepada saya dan kawan-kawan, seperti apa yang dilakukan oleh warga
Bandung ketika Surya Paloh—penggagas ormas dan
partai Nasdem—melakukan sebuah ritual penyambutan yang sangat meriah dan
wah. Kok jadi membahas Surya paloh dan Nasdem?
Au ah Gelap. . . .
Sementara
sebagian kawan-kawan ada yang lagi pada asyik ngobrol sambil nyantai—ngopi,
ngerokok, makan-makan cemilan—dan ada sebagian yang beres-beres barabg-barang
bawaan, saya melihat ada seorang orang tua mungkin sangka saya, akan
mendapatkan informasi mengenai keadaan desa Warung Menteng ini. saya
menghampiri orang tua itu, yang sedang duduk sambil ditemani segelas kopi hitam
dan tentunya dia sambil menghisap sebatang rokok, meski saya tidak melihat
secara langsung merk rokok yang dia
hisap, tapi saya tahu dan `ainul-yaqin
betul kalau rokok yang dia hisap adalah rokok djarum coklat, karena baunya
sangat khas dan gak enak. Sebuah
fenomena sekaligus ciri khas orang tua desa.
Kemudian.
Saya dan orang tua tersebut
berbincan-bincang. orang tua tersebut langsung bercerita mengenai peta
keadaan yang sedang terjadi di masyarakat desa tersebut. Ia mengemukakan bahwa
dia mempunyai posisi yang sangat stategis dan berpengaruh di desa itu. Bisa
dikatakan bahwa dia adalah termasuk salah satu sesepuh desa. Katanya, di desa ini sedang ada satu masalah tentang
pembangunan mesjid. Ada perselisihan pendapat dan keinginan dari ara warga
mengenai sesuatu hal yang tidak disebutkan apa masalah tersebut. Tapi yang
pastinya, kata orang tua tersebut ketua pembangunan Mesjid itu menemuinya
lantas meminta pendapat kepadanya mengenai apa yang harus ia lakukan ketika
menghadapi masalah itu. Dan lanjut ia mengatakan bahwa pada akhirnya setelah
ketua pembangunan mesjid itu mendapatkan dan melaksanakan saran dari orang tua
tersebut, pembangunan mesjid pun dilanjutkan dan segera akan selesai.
Pada
akhirnya untuk informasi dari orang tua itu saya untuk sementara mengambil
sebuah kesimpulan bahwa saya harus percaya tak percaya tentang apa yang
dikemukakan dan dinyatakan oleh orang tua itu, karena asumsi saya bahwa saya
dengan orang tua itu baru pertama kali bertemu. Karena menurut ilmu yang saya
temukan menyebutkan bahwa suatu pernyataan haruslah diuji kebenarannya dengan
cara memverifikasi dan membandingkan (coverasi)
dengan data dan fakta yang lainnya. Supaya kebenaran yang dihasilkan tidak
bersifat satu arah atau satu pintu.
Tapi
setidaknya, itu sebagai langkah awal atau pintu gerbang bagi saya dan
kawan-kawan yang lain pada umumnya untuk mengetahui tentang sesuatu yang belum
kami ketahui, apalagi sekarang kami lagi singgah di kampung orang lain.
Meski
di hari pertama terasa biasa aja, tapi ya
itulah fenomena yang apa adanya. Meski hari ini tidak ada yang menarik,
tapi yang membuat saya menarika adalah hari esok yang masih menjadi sebuah
misteri yang tidak bisa saya ketahui pada saat ini. Tapi untungnya saya sadar
bahwa segala sesuatu pasti akan terjadi di luar rencana.
Dipengasingan , 3.31 AM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar