Dilema Ushuluddin Menuju "The
Dark Age"
@Abdullah
Dark Age atau zaman kegelapan,
merupakan era di mana benua eropa saat itu dilingkupi oleh berbagai
kegelapan,disaat keruntuhan kerajaan romawi, disaat kaum barbar meraja dan para
intelektual mengalami kemundurannya. Disaat kekuasaan tertinggi dimiliki oleh bapak-bapak
dari gereja serta hak-hak kemanusiaan tidak diakui. Manusia mengalami
kemundurannya dari segi moral, ilmu pengetahuan, dan agama yang dilegtimasi
oleh para bapak (penguasa gereja). Era ini berlangsung (476–800).
Manusia sebagai makhluk yang unik yang memiliki dirinya dan bisa melakukan
terobosan tidak diakui di zaman ini, pola kehidupan masyarakat telah diatur
sedemikian rupa oleh bapak-bapak gereja. Bapak gereja yang diibaratkan dengan
tuhan yang berkuasa dalam sebuah wilayah kekuasaan .
Hal ini sepertinya cocok untuk disandingkan dengan Ushuluddin saat ini, Ushuluddin
yang pernah memasuki masa emasnya, di mana Ushuluddin melahirkan tokoh-tokoh
penuh inspirasi dan gebrakan baru, orang-orang yang memiliki dirinya sendiri
dan yang mempengaruhi peradaban Indonesia. Orang yang mewarnai lingkup
pemikiran-pemikiran besar dalam konteks keIndonesiaan yang menggebrak para
konservatif kepada sebuah kesatuan Indonesia.
Orang-orang itu adalah tokoh pemikir pembaharu Islam kaliber dunia, pemikir
pembaharu dan pemersatu Indonesia, yang lahir dari rahim Ushuluddin, lahir dari
fakultas yang dahulu menjadikan manusia sebagai manusia yang unik, yang penuh
dengan inspirasi dan semangat pembaharuan atas berbagai pemikiran yang kolot.
Orang-orang suci yang memiliki niat tulus untuk perubahan yang diinginkan oleh
bangsa Indonesia, bangsa yang super multi.
Era pembaharuan oleh orang-orang suci itu baru saja berlalu, Ushuluddin mulai
memasuki zaman yang kelabu, zaman yang mulai dikerubungi oleh kegelapn, di mana
“Bapakk” fakultas berbicara maka ia diikuti layaknya tuhan, layaknya citra
tuhan yang hadir di bumi Ushuluddin, segala yang berasal dari Bapak Ushuluddin
merupakan sesuatu yang suci, yang harus diikuti oleh segenap rakyat Ushuluddin.
Ia adalah dewa yang memiliki jiwa segenap rakyat Ushuluddin, dewa yang
ditasbihkan sebagai simbol kegelapan.
Kekuasaan Bapak Ushuluddin bagaikan sesuatu yang mutlak, mereka yang kafir dari
Bapak Ushuluddin akan merasakan hidup bagaikan berada di neraka, berada di
tempat yang tidak pernah mereka inginkan sebelumnya, seakan mereka berharap
tidak pernah untuk lahir di bumi Ushuluddin, di fakultas yang dijanjikan.
Era keemasan yang pernah dicapai Ushuluddin mulai menunjukkan warna
kepudarannya, hari-hari Ushuluddin tidak lagi berwarna seperti era yang baru
saja berlalu, ia tidak lagi dipenuhi oleh calon orang-orang suci yang akan
mencetak peradaban baru, tidak lagi diisi oleh orang-orang yang memiliki
dirinya sendiri, melainkan hanya diisi oleh orang-orang yang menginginkan
stempel, nilai, dan penghargaan dari para Bapak-bapak fakultas. Mereka telah
kehilangan moral yang sudah ada diciptakan oleh orang-orang suci terdahulu.
Akan
kah era itu benar-benar hilang dan berganti kepada zaman kegelapan? Mari kita
saksikan bersama...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar