Tuhan Itu Tuna Misal
Oleh : Ramdhany
Jika kita bertanya Tuhan itu apa, maka
sudah tentu bahwa jawabannya akan bervareatif. Ada yang menjawab bahwa Tuhan
itu Sang Maha Pencipta (al-khaliq), Sang Maha Penyayang (al-rahman), Sang Maha
Pemberi Rizqi (al-razaq) dan lain sebagainya yang itu disandarkan atas
sifat-sifat yang melekat pada dirinya.
Ada juga yang mendefinisikan bahwa
Tuhan itu Tunggal atau Esa yang itu merujuk kepada suatu sistem kepercayaan
yang bersifat monoteistik atau tauhid.
Dalam beberapa keterangan pula, Tuhan
digambarkan sebagai sesuatu yang memiliki tangan, penglihatan dan pendengaran,
yang itu seakan-akan merujuk kepada sesuatu yang sama dengan apa yang dimiliki
oleh manusia atau makhluk yang lainnya. Hal seperti itu sering dinamakan dengan
istilah "antropomisme".
Apakah gambaran serta defenisi tersebut
salah? Tentu saja Tidak !
Tuhan sendiri di dalam wahyu yang ia
turunkan melalui Muhammad memperkenalkan dirinya dalam beberapa gambaran.
Seperti menyebut dirinya sebagai al-Rahman, al-Rahim, al-Khaliq, al-Quddus,
al-Razaq dal lain sebagainya yang itu merupakan nama-nama yang pantas baginya
(al-Asma al-Husna).
Kadang kala Tuhan juga di dalam
al-Qur'an mengatakan bahwa ia memiliki penglihatan (al-Bashar), Pendengaran
(al-Sama') dan memiliki tangan dan wajah. Tuhan juga menyebut dirinya sebagai
cahaya langit dan bumi (Allahu nur al-samawati wa al-ard).
Tentu saja hal itu menimbulkan beberapa
perdebatan mengenai pemahaman atas ayat-ayat tersebut. Ada yang menerima begitu
saja, ada yang menafsirkan dan ada juga yang menta'wil ayat tersebut.
Terlepas dari itu semua, Tuhan pun pada
akhirnya menyatakan dirinya bahwa Dia itu berbeda dengan yang lainnya (laisa ka
mitslihi syaiun) dan tidak ada satu pun yang menyerupainya (lam yakun lahu
kufuwan ahad).
Kesimpulannya bahwa Tuhan itu dapat
terpahami melalui 3 aspek, pertama term (lafadz), kedua Objek dan yang ketiga
adalah Konsep (tashawur).
Tuhan itu memiliki nama seperti Allah,
al-Rahman dan sebagainya. Nama itu merujuk kepada Konsep atau gambaran tertentu
mengenai dirinya. Kebenaran akan gambaran itu hanya dapat dipahami dalam
diri-Nya, bukan dalam pikiran manusia itu sendiri. Begitupun dengan objek
dzat-Nya yang itu sepenuhnya menjadi "sesuatu yang disana".
Jadi jika ada pertanyaan "Tuhan
itu Seperti apa" bagi penulis merupakan pertanyaan yang sangat keliru dan
menjebak. Karena hal itu bertentangan dengan konsep Tuhan yang Maha Melampaui
dan yang Maha Tidak Terbatas. Bagi Tuhan tidak ada (tuna) seumpama, seperti,
atau semisal. Maha Suci Tuhan dari segala perumpamaan. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar