Filsafat Atomisme Logis:
Ludwig Wittgenstein
Twitter: @Ramdhany12
Tractatus:
Suatu Pemikiran Filosofis
Ø
Dunia itu tidak terbagi atas benda-benda melainkan
atas fakta-fakta yang pada akhirnya menjadi sekumpulan fakta-fakta atomis.
Ø
Setiap proposisi itu pada akhirnya melarut diri
melalui analisis, menjadi suatu fungsi kebenaran yang tertentu, yang secara
unik dari sebuah proposisi elementer, yaitu setiap proposisi hanya mempunyai
satu analisis akhir.
Yang dimaksud dengan fakta adalah suatu
peristiwa (state of affairs).
Peristiwa adalah kombinasi dari benda-benda atau objek-objek bagaimana hal yang
demikian itu berada di dunia.
Logika Bahasa
Di dalam karyanya (Tractatus), filsafat
bertujuan untuk mendapatkan penjelasan logis dari pikiran. Tugas utama filsafat
adalah memberikan suatu analisis logis dengan disertai oleh sintesa logis.
Filsafat tidak menghasilkan keterangan-keterangan yang bersipat falsafi, akan
tetapi lebih cenderung kepada penjelasan-penjelasan tentang proposisi. Tanpa
filsafat, pikiran itu akan mengawang-ngawang bagaikan serat-serat kapas yang
tertiup angin kencang di tengah padang
sahara.
Bagi Wittgenstein, proposisi dan
permasalahan yang terdapat dalam filsafat tidak bernilai salah, melainkan tidak
terpahami. Persoalan dan proposisi yang diajukan para filsuf terdahulu itu
tidak terfahami karena mereka tidak mengerti bahasa logika. Kita tidak dapat
memikirkan sesuatu yang tidak logic, karena hal itu akan membuat kita berfikir
tidak logis.
Suatu logika bahasa yang sempurna
mengandung aturan tertentu sehingga dapat menghindari ungkapan yang tidak
bermakna, dan hanya memiliki symbol tunggal yang selalu memiliki makna tertentu
dan terbatas (Wittgensten, 1963: 33-34).
Struktur
Logika Bahasa
Sebuah gambaran logis dari suatu
penomena kenyataan adalah sebuah pikiran. Di dalam sebuah proposes, sebuah
pikiran mendapatkan sebuah ungkapan yang dapat diamati oleh indra kita. Di
dalam sebuah proposisi, sebuah pikiran dapat diungkapkan sedemikian rupa
sehingga unsure-unsur dari tanda proposisi berkesesuaian dengan objek pikiran.
Sebuah proposisi hanya memiliki satu
analisis yang lengkap. Dan proposisi yang memiliki makna adalah proposisi yang
berhubungan dengan sebuah nama, dan nama itu memliki makna apabila dalam
hubungannya dengan sebuah proposisi.. maka dari itu, sebuah pikiran adalah
sebuah proposisi yang bermakna. Dan dari apa yang terjumlah dari berbagai
proposisi adalah bahasa. Sebuah proposisi itu adalah suatu gambaran realitas
(kenyataan objektif).
Picture
Theory
Pemikiran Wittgenstein dalam
mengungkapkan realitas dunia terumuskan dalam suatu proposisi-proposisi
sehingga dengan demikian terdapat suatu kesesuaian logis antara struktur bahasa
dengan struktur realitas. Proposisi itu terungkapkan melalui bahasa, sehingga
bahasa pada hakikatnya merupakan suatu gambaran dunia.
Konsep W tentang teori gambar
menjelaskan tentang hubungan antara proposisi yang diungkapkan melalui bahasa
dengan realitas keberadaan suatu peristiwa. Selanjutnya akan Nampak suatu
pandangan tentang suatu realitas fakta dengan unsure metafisik yang hal itu
ditolak olehnya.
Terdapat dua unsure utama mengenai teori
gambar ini, pertama bahwa proposisi merupakan sebuah alat dalam bahasa
filsafat. Kedua, fakta merupakan sesuatu yang berkaitan dengan realitas. Jenis
proposisi yang paling sederhana disebut elementer yang menjelaskan suatu bentuk
keberadaan suatu peristiwa atas objek-objek.
Unsure-unsur gambar adalah sarana dalam bahasa.
Proposisi merupakan suatu gambaran
keberadaan suatu peristiwa. Keberadaan peristiwa itu tidak dapat dinilai benar
ataupun salah. Sedangkan proposisi sebagai sarana bahasa yang merupakan suatu
ungkapan menghadirkan peristiwa realitas yang dapat dinilai benar ataupun
salah.
Word
Types
Problem filsafat terdahulu adalah adanya
campur-aduk dalam penggunaan bahasa, yaitu antara ungkapan yang mengandung
konsep nyata (proper concept) dengan
konsep formal (formal concept).
Struktur bahasa yang bermuatan konsep formal dipaksakan untuk masuk ke dalam
pengertian bahasa konsep nyata.
Konsep nyata adalah sebuah tipe yang
termasuk memiliki acuan kongkrit. Seperti contoh meja, spidol, gelas, bangku,
kursi, domba dan sebagainya. Sedangkan konsep formal adalah tipe kata yang
mengacu kepada suatu konsep yang bersipat formal yang harus diisi oleh konsep
nyata. Seperti adalah, objek, sesuatu, arti, nama, alamat, makna dan lain
sebagainya.
Konsep formal tidak sama dengan konsep
nyata, yang hadir melalui suatu fungsi
yang dimilikinya. Keduanya memiliki cirri yang berbeda. Sebab, sifat-sifat
formal tidak dapat menghadirkan fungsinya secara jelas, ia hanya dapat
diungkapkan dalam suatu bentuk simbol yang bersipat pasti (Wittgenstein, 1969:
162).
Metafisika:
Batas Filsafat
Ø
Subjek, Karena bahasa merupakan gambaran
dunia, subjek yang menggunakan bahasa tidak termasuk dunia. Sebagaimana mata
yang tidak bisa mengarahkan kepada dirinya sendiri. Demikian juga dengan subjek
yang menggunakan bahasa yang tidak mungkin dapat mengarahkan kepada dirinya
sendiri.
Ø
Kematian, kematian tidak mungkin berbicara
tentang kematiannya sendiri, karena kematian tidak merupakan suatu kejadian
yang dapat digolongkan di antara kejadian-kejadian lain. Kematian manusia
seakan memagari dunia manusia tetapi tidak termasuk di dalamnya.
Ø
Allah, tidak dipandang sebagai sesuatu yang
berada di dalam dunia.
Ketidak-bermaknaan
Menurut Wittgenstein bahwa orang yang
mengerti Tractatus akan mengakui akan ucapan-ucapan di dalamnya tidak bermakna.
Melalui bahasa, si pembaca dihantarkan ke suatu titik dimana dia mengerti bahwa
bahasa yang dihantarkannya tidak bermakna. Penolakan Wittgenstein pada
metafisika sebenarnya suatu sikap yang tidak konsisten dengan visi dasar bahasa
yang dilukiskannya sebagai gambaran dunia yang memiliki struktur logis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar