Indonesia merupakan negara multi kultur
yang paling besar di dunia, manusia yang unik dan berbeda lahir setiap hari
dari bumi indonesia, mereka diikat oleh kebudayaan tampat mereka lahir
masing-masing. Orang-orang itu yang nantinya akan tumbuh menjadi manusia
dewasa, manusia indonesia yang tinggal dalam NKRI(Negara Kesatuan Republik
Indonesia). Manusia yang bereksistensi dalam perjalanan panjang negara
indonesia. Pasang surut kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang pasti akan mereka rasakan.
Kurang lebih 67 tahun indonesia telah
merdeka, tumbuh sebagai negara seperti manusia yang tumbuh dari kecil menuju
dewasa. Bagaimanapun indonesia tak dapat tumbuh menjadi negara yang dewasa jika tidak di motori oleh orang-orangnya.
Orang yang lahir di bumi indonesia.
Tokoh-tokoh nasional era pra-kemerdekaan
maupun setelah kemerdekaan indonesia bukanlah berasal dari satu daerah secara
parsial. Tapi mereka adalah orang-orang yang berasal dari seluruh wilayah
indonesia, orang-orang yang berhasil menyatukan kepualuan ini dalam sebuah
rekatan nusantara, NKRI.
Sebutlah orangnya Muhammad Hatta, Sutan
Syahrir, Asa’ad, Muhammad Natsir, Buya Hamka, Daud Bierueh, Syafrudin
Prawiranegara, Soekarno, dan banyak lagi yang penulis sendiri susah
mengingatnya kembali.
Anggaplah mereka merupakan pejuang yang
berasal dari berbagai wilayah di kepulauan nusantara ini, mereka bukanlah
individu yang hidup sendiri, tapi mereka hidup di sekitar kawan-kawan merka
yang disebut masyarakat primordial. Setiap opini yang dikeluarkan oleh
masyarakat primordial tentulah tidak akan lepas dari konteks kehadiran
perwakilan mereka yang menjadi representasi mereka pada kancah tokoh nasional
kapanpun masanya. Setiap era yang dilalui masyarakat primordial akan selalu
terkenang orang-orang besar yang pernah lahir dari wilayah mereka.
Seringkali masyarakat primordial ini
tidak menyadari kehadiran perwakilan mereka itu merupakan upaya yang
berkesadaran untume yk menghadirkan indonesia sebagai sebuah kesatuan yang
utuh, kesatuan yang tidak dibatasi oleh primordialisme masing-masing wilayah.
Tindakan yang dihadirkan dari sikap ini
seringkali salah kaprah, yaitu tindakan rasis primordialisme yang seolah merendahkan
suku lain. Bagaimanapun tindakan ini dapat disebut sebuah sikap rasis, mencuat
diantara nasionalisme yang masih bertahan dari serangan bibit-bibit rasisme
yang mencoba perlahan menusuk dari belakang.
Masyarakat primordial seringkali tidak
menyadari pentingnya nasionalisme dalam menjaga keutuhan negara kesatuan
indonesia, mereka tidak menyadari kerja keras yang dilakukan oleh orang—orang
terdahulu sejak sebelum kemerdekaan ataupun setelah kemerdekaan adalah untuk
menyatukan dan menjaga kerja keras para pendahulu mereka. Menjaga keutuhan
NKRI.
“apasih orang jawa itu? Apasih orang
sunda itu? Kalo ga ada orang sunda ga bakalan ada negara indonesia ini....!,
orang banten itu hebat, liat aja orang-orang nya!!” pernyataan-pernyataan rasis
seperti diatas seringkali tidak kita sadari terlontar dari mulut individu indonesia,
padahal mereka tidak sedikitpun mengetahui apa tujuan dari perjuangan pendahulu
mereka tersebut. Orang-orang itu seringkali bodoh dalam menguliti keutuhan dan
kesatuan indonesia ini sedikit demi sedikit, melalui sikap dan tindakan yang
dapat disebut rasis primordialisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar