oleh : Penyair Muda Hars
Nis, selama aku masih mampu menyelami sajak-sajak yang ku tulis. dan menyisir arti yang sulit ku terjamahkan. masihkah kau setia menulis namaku di atas pasir? atau mencatat kesetiaan usiaku di dinding harapan? ada batas terselami dari diriku, tak selamanya terdiam menantimu dengan buku yang menjadi lembaran mimpi. semasih bisikan awan nila melengking, melewati pijaran senyummu. di situlah aku semakin rajin menulis kata-kata tanpa harapan yang pupus. menyimpan kelembapan puisi kedalam riang nafasku. mengelus kehangatan dan kedinginan dalam diammu.
***
walau senatiasa detak jantungku bermuskilat lembaran-lembaran namamu tanpa sedikit ku pahami. mengapa aku terlalu sulit merielif arti? karena mungkin diammu adalah jawaban yang sempurna. aku tahu keresahan jalan takdir disaat aku mengagumi dan mencintai...kaupun juga. betapa larva jiwaku bermuzaik dalam harapan bercadas. tapi kehalusan bahasamu tak pernah ku temukan kepastian. baik disaat aku berdiri sendiri memuja keanggunanmu serupa kecantikan ratu mesir. atau disaat aku membayangkanmu serupa buku-buku kosong yang tanpa sedikit rabun ku tulis disetiap selat-selatnya waktu.
***
berpicaralah Nis, regup tubuhku dengan keresahan dan kebencian yang akan membuatmu bahagia menjalani hidup. aku takkan masai dan kandas dalam pengharapan. apalagi membencimu, meruaskan keinginan yang membuatmu terbilik dalam kesedihan. aku percaya pada simbah kegigihan penyair yang mengajariku menulis irama ketekunan,tarian air matanya ngungun bersemai derita. akupun terbiasa nikmat digamang kesedihan. menghamba pada derai-derai galaunya kesetian sendiri karena keagungan cinta.
Nis, tak selamanya kau terpaku dan diam. berpicaralah,,, tak selamanya aku bertanya dan setia menyanjungmu. bahkan menghamba pada usiamu****
12 Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar