by Don Qidsy
“Soekarno, Hatta, Syahrir, Tan Malaka. Mereka berbahasa, mereka bersastra, dengan itu mereka menciptakan ”budaya” dan ”alam berpikir” untuk merdeka. Untuk sebuah kemerdekaan dan kebangkitan. Tidak hanya diri mereka, tetapi juga bangsa yang sudah amat sangat lama dijajah oleh ”pikiran” bangsa lain yang lebih kuat bahasa, sastra, dan budayanya. Dan ketika bangsa ini sedikit demi sedikit menghilangkan peran penting bahasa, sastra, dan ”akar” budaya-nya, perlahan tapi pasti bangsa yang sempat besar ini menuju kehancurannya.” –Yudi Latif-
Dari kutipan diatas terlihat jelas betapa pentingnya posisi berbahasa dan bersastra karena bahasa dan sastra mempunyai andil bahkan sebelum jaman pra-kemerdekaan seperti yang disebutkan. Jauh sebelum kemerdekaan pun, bahasa dan sastra telah digunakan untuk mengejawantahkan kearifan budaya lokal setiap bangsa, yang imbasnya mempengaruhi nilai-nilai kehidupan setiap bangsa. Setiap bangsa memiliki kisah tersendiri mengenai perkembangan budaya dan peradaban melalui kesusastraan. Maka ironis, jika kini kampus-kampus penyelenggara pendidikan sastra sepi peminat, fakultas sastra dianggap pilihan kedua setelah fakultas-fakultas favorit lain. Terlebih, fakultas-fakultas yang katanya memiliki jaminan kerja.ushuludin misalnya. Padahal peluang kerja dapat dimiliki fakultas apapun termasuk fakultas sastra. bahkan ushuludin Sastra, sebagai produk peradaban dan daya pikir manusia, tak bisa lepas dari perihal kebebasan. Bahkan konon, sastra adalah kebebasan itu sendiri. Sastra adalah kebebasan dan pembebasan. Sastra adalah pencerahan. Kebebasan dalam sastra adalah kemerdekaan untuk berkreasi dan berimaginasi. Kebebasan kreatif, itulah yang dibela oleh para pelaku sastra dalam menjalani laku sastranya. Kebebasan berekspresi inilah yang harus selalu mendarah daging diseluruh civitas akademika prodi sastra.
Ada beberapa penjelasan akademis mengenai sastra.
Menurut Sumardjo dan Sumaini, definisi sastra yaitu :
1. Sastra adalah seni bahasa.
2.Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam.
3. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa.
4. Sastra adalah inspirasi kehidupan yang dimateraikan dalam sebuah bentuk keindahan.
5. Sastra adalah semua buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang benar dan kebenaran moral dengansentuhan kesucian, keluasan pandangan dan bentuk yang mempesona.
Sesungguhnya sastra bersifat universal, diferensiasi sastra hanya pada tatanan teritorial, bahasa yang digunakan dan aspek kecil lainnya. Karena maha dahsyatnya makna universal sastra terletak pada keindahan, ekspresi atas apa yang terjadi, bahkan kedahsytan sastra mampu menjadi alat inspirasi kehidupan dan menjadi pengisi setia catatan sejarah sebagai nilai penunjang peradaban suatu bangsa. Maka amat sepele dan memalukan jika sastra dikotak-kotakkan hanya karena berbeda Negara asal si sastra tersebut (karena penamaan dan pengklasifikasian sastra terletak pada Negara asal sastra). Sepertinya ungkapan “Sastra terlalu indah untuk dibanding-bandingkan, terlalu indah untuk dilombakan” perlu diresapi oleh semua penghuni bumi. Jika membandingkan dan melombakannya pun sudah dianggap suatu keharaman dalam bersastra apalagi jika perbedaan sastra ini dan itu menjadikan permusuhan, ketidak kompakan dalam lingkup sekecil apapun. Karena sekai lagi pengkhianatan pada keuniversalan sastra, itu haram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar