Oleh : Penyair Muda Hars
Hari yang turun pada gigilnya waktu
melunaskan gelap dan pekat pada diri
tentang janji-janji kampus pada Mahasiawa
yang pernah indah dan nikmat ku dengar
Tapi;
hanyalah sisa-sisa kalimat
bahasa yang takku mengerti
mengapa meraka berbohong?
pada janji keadilan dan tanggung jawab sebagai orang tua
“Aku semakin takmengerti” kataku dengan mata yang selalu basah
Andai,
mesti ku bangun kampusku dari api
tapi tetap ejaan masa depan teregup, menjadi rabun
ku lihat di tangannya
beri kami kebebasan bertanya tuan?
Izinkan kami menjawabnya
bukan seberkas kutuk buku-buku berserakan
melintas disetiap dinding ingatan
meniti diatas rusuk mimpi
yang ahirnya kita akan menjadi pejalan yang patah
Jujur tuan!
Diamku,
Diam kami lebih kaya ketimbang bahasa
yang kau racik dari potongan tulang sulbi
bahkan dari ledak kejujuran yang kau ajarkan
disetiap ingaunya waktu*
Jakarta
Harsono, Jurusan Aqidah Filsafat semester 3, sekaligus Aktif di Poros Senja kala, Pemuda Sastra Kampus Uin. dan aktivis PIUSH Selanjutnya ku serahkan sama Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar