Konsep
cinta dalam perspektif
Matrealisme, Dialektis
Oleh:
Marx_Goler
@DheniGholler
A. Pendahuluan
Matrealisme
dialektis, matrealisme historis, maupun matrealisme dialektika historis merupakan gagasanbesar karl marx. Di kalangan
civitas akademika nama marx saya kira sudah tidak asing lagi, karl marx yang
muncul pada abad ke 19 merupakan seorang filosof, ekonom dan juga sosiolog,
gagasan-gagasannya sangatlah banyak di adopsi oleh berbagai disiplin ilmu
pengetahuan.
Dalam
disiplin ilmu ekonomi misalnya karl mark berbicara mengenai pertentangan kelas,
antara kaum borjuis, feodal, dan ploletar yang memang ketiga kategori ini
memiliki kadar yang berbeda.
Begitupun
dalam disiplin ilmu filsafat karl marx menganut aliran matrealisme yang memang
menjadikan materi sebagai landasan utama jika dalam filsafat ini di kategorikan
empirisme, dalam disiplin ilmu sosiologi marx berbicara mengenai perbedaan
antar kelas yang nantinya menjadi sebuah pertentangan kelas dan dari pertentangan
kelas ini berakhir pada Revolusi.
Namun
dari ketiga disiplin ilmu itu semuanya berawal dari pemikirannya mengenai
Matrealisme, Dialektika, Historis. Meskipun gagasan marx ini sangatlah brilian
baik mengenai Revolusi tetapi marx sendiri hanyalah konseptor. Justru yang
menjalankan adalah Vladimier Ilyic Uliyanov yang akrab di sapa lenin yang pada
akhirnya buah pemikiran marx pun dapat membumi.
B. Pembahasan
Dalam
aliran filsafat terdapat dua kubu besar yaitu: idealisme dan matrealisme, kedua
kubu ini memiliki akar yang ajeg dan dalam tradisi filsafat di jadikan sebagai
ideologi yang di bumikan. Plato dan Hegel misalnya yang memang keduanya ini di
juluki sebagai bapak filsafat yang beraliran idealisme telah mempengaruhi
banyak orang, tak kalah hebatnya dengan kalr marx, dan lenin yang sama-sama
menjungjung tinggi paham filsafat yang bercorak matrealisme yang sempat
mendapatkan masa keemasannya di era abad ke 20 dengan terbentuknya.
negara
unisoviet yang memiliki sistem komunisme meskipun demikian dalam hal ini karl
marx tidak bisa di kategorikan sebagai marxisme maupun berideologi komunis, dan
seandainya kal marx masih hidup saat ini mungkin dia akan marah dan akan
membanting meja ketika dia di katakan seorang komunis ataupun marxis, karl marx
sendiri adalah orang yang memiliki ideologi sosialisme ilmiah, adapun yang
menjadikannya sebagai ideologi komunis adalah Vladimier Ilyic Uliyanov yang di
sapa lenin. Dan itupun berangkat dari landasan pemikiran kalr marx (Matrealisme, Dialektika, Historis) yang
di tafsirkan ulang oleh bung lenin sendiri.
Dalam
hal ini saya tidak akan berbicara panjang lebar mengenai perjalanan dialektika
pemikiran matrealisme dialektika Histori karl marx dengan lenin. Karena
pembicaraan ini bukan pada wilayah itu tetapi pada wilayah “cinta” dalam konsep
Matrealisme, Dialektisnya.
a. Konsepidealisme
Filsafat
yang beraliran idealisme pada dasarnya berangkat dari kesadaran/ rasionalitas
yang menjadikan sebuah materi, hingga dari kesadaranlah suatu materi itu
terjadi. Dalam aliran idealisme rasionalitas yang di nomor satukan bukan
materi, karena terbentuknya suatu materi merupakan hasil dari rasionalitas yang
terus berdialektika misalnya: rasa cinta seseorang dapat di ukur dengan sifat
kemanusiaannya, rasa cinta itu ada sebelum manusia terlahir kedunia sebagaimana
halnya Plato membagi dua realitas yaitu: realitas idea dengan realitas materi
bagi plato yang abadi adalah realitas idea bukan realitas materi, kemudian
Hegel menyempurnakan idea menjadi sebuah kekuatan atau dasar bagi terciptanya
sesuatu sebagai keabsoutan. Sehingga rasa cinta merupakan suatu kesadaran
manusia sebelum materi itu ada.
Ada
sebuah kisah tentang seorang laki-laki yang jatuh cinta kepada seorang wanita,
yang wajahnya cantik, imut, senyumannya manis, suaranya bagaikan permata yang
menghiasi mahkota, berjalanlah wanita itu dari arah aic ke kohati dengan
langkah yang kalem.
Kemudian
laki-laki itu berjalan dari arah timur dengan langkah yang serudukan memegang
sebatang roko sambil di hisap berambut gondrong, dekil dan celana bolong di
dengkul.
Wanita itu pun
melemparkan senyuman manisnya kepada laki-laki yang dekil, gondng itu,
Begitupu dengan
laki-laki itu yang senyum dengan wajah malu-malu kucing, semakin mendekat, mendekat, dan mendekat hingga pada akhirnya suara sapaan
pun berbunyi.
Wanita
: abang dari mana ?
Laki2:
dari kampus. Kamu dari mana ? dan wanita itu menjawab dengan nada yang lembut
Wanita:
aku dari cabang bang, abis diskusi kesetaraan gender sambil ketemu abang aku di
cabang,
Laki2:
oh, mantaplah, bagus itu, emang abang kamu orang cabang yahh,,
Obrolan pun semakin
memanjang. Hingga pada akhirnya obrolanpun terhenti oleh waktu, yang kurang
bersahabat,,
Laki2:
iya udah abang pulang dulu ea soalnya abang di tungguin senior abang di
markas,,
Wanita:
ohhh iya bang hati-hati yaa bang, dan wanita itu pun masuk dan menutup pintu
kostannya dengan perlahan,,,,
Laki2”
itu pun pergi ke markas,, dengan wajah tersenyum dan hati yang berbunga2
meskipun belum bertemu dengan sesuap nasi dari kemarin.
Dari kisah tadi dapat
kita ambil mengenai kesadaran yang membentuk materi yaitu: kata manis, cantik,
imut, dan sebagainya itu hadir dari realitas idea bukan materi karena yang
membentuk realitas cantik, manis, imut dan lain-lain itu adalah kesadaran bukan
materi. Kenapa demikian karena cantik, manis, imut itu memiliki realitas yang
absolut (Hegel) atau realitas abadi (plato), yaitu: ke cantik an, ke manis an,
ke imut an dll.
Maka rasa “cinta” dalam
pemikiran filsafat aliran ini berasal dari kesadaran manusia yang membentuk
realitas materi itu. (wujud wanita).
b. Konsepmatrealisme
Berbeda
halnya dalam pemahaman filsafat yang beraliran matrealisme, aliran ini
menganggap bahwa segala realitas yang nyata ini adalah materi. Maka paham ini
menolak bahkan membantah habis-habisan paham idealisme, yang engatakan “
realitas yang nyata adalah kesadaran/ idea” bagi aliran matrealisme bukan
“kesadaran manusia yang menciptakan realitas tetapi materi lah yang membentuk
kesadaran manusia. Aliran matrealisme menjadikan “materi” sebagai ukuran nomor
satu setelah kesadaran. Dan dialektika pemikiran kedua filosof ini bagi Marx
Goler sah-sah saja karena keduanya memiliki argumentasi yang cukup kuat.
Pemahaman
karl mark mengenai realitas yang nyata adalah materi sebenarnya berangkat dari
konsep dialektika yang di ucapka oleh hegel yaitu triadik: tesis, sintesis, dan
antitesis. Namun marx mengubah itu dalam kategori materi tetapi menggunakan
konsep yang sama yaitu konsep dialektika (triadik): tesis, sintesis, dan
antitesis. “materi selalu memiliki sifat gerak, gerak itu sendiri terwujud
karena hukum dialektika, begitupun dialektika bergerak karena di dalamnya
mengalami kontradiksi-kontradiksi, kontradiksi-kontradiksi itu merupakan dari
pengembangan dialektika” dalam pemaham ini dapat kita ambil contoh misalnya:
wanita-wanita yang ada di fakultas Adab&Humaniora itu cantik-cantik (tesis)
wanita-wanita yang tinggal di kohati itu yang lebih cantik (antitesis) setiap
wanita itu baik di fakultas adab maupun di kohati itu cantik (sintesis).
Bagi
aliran ini bahasa cantik itu merupakan pengembangan dari materi. Kita dapat
mengatakan wanita itu lebih cantik dari pada wanita-wanita lainnya, itu karena
pengindraan kita mengenai cantik itu sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari kita
sering di benturkan dengan realitas yang memang bersifat relatif, kita dapat
mengatakan wanita (B) itu cantik, kita dapat mengucapkan kata cantik kepada
wanita (C-K) itu cantik, bahkan kita dapat mengatakan wanita (L#) itu lebih
cantik dari pada wanita (B) dan (C-K) itu karena pengembangan dari materi
artinya pengindraan kita terhadap wanita-wanita cantik yang pernah kita temui.
Begitupun dalam hal
“cinta” tidak salah ketika orang mengatakan bahwa cinta itu anugrah, musibah,
ataupun wabah, pengandaian seperti itu merupakan pengembangan dari materi yang
di hasilkan oleh dialektika yang memiliki konsep triadik tadi yang sudah saya
jelaskan tadi.
Bagi
Orang yang di tolak cintanya mengatakan bahwasannya “cinta” itu adalah wabah,
bagi orang yang tidak kesampaian cintanya karena sang wanitanya mendua dengan
yang lain itu musibah, begitupun dengan orang yang di terima cintanya itu
anugrah.
Nah
pengandaian yang seperti itu merupakan pengembangan dari materi dan itu di
hasilkan dari proses dialektika tadi dengan menghadirkan tesis, antitesis, dan
sintesis. Dari mana cinta rasa cinta itu
muncul ? kesadaran ataukan materi ? bagi saya itu muncul karena realitas
material.
Rasa
cinta tidak akan muncul jika seandainya wanita itu tidak ada, rasa cinta itu
akan muncul ketika kita melihat wanita yang kita sukai dan itu sesuai dengan
keinginan kita sendiri. Tentunya munculnya itu karena pengindraan kita kepada
materi (wanita) sehingga kesadaran kita pun terkonstruk oleh materi yang kita
indra yang di hasilkan oleh dialektika. Kita merasa tidak cocok dengan (B-k) kemudian
kita merasa cocok dengan(L#) kecocokan itu di hasilkan dari dialektika yang
berpusat pada materi.
Tulisan
ini saya persembahkan untuk yang ada di sana dan senior saya yang paling saya
kagumi, yang mendidik saya, dan mendorong saya agar suka membaca, diskusi, dan
bertempur di dunia pena (tulisan).
Dan
untuk orang-orang yang sedang bingung, melayang-layang seperti orang yang ingin
mati hari ini. Jika memang tulisan ini menghasilkan kontroversi maka saya
sangat senang dengan pembantahan atau kritikan lewat buah pemikiran dan
tertuang dalam pertempuran pena (tulisan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar