KEBENARAN RELATIF DAN ABSOLUT DALAM PERSPEKTIF
MITOS DAN LOGOS
Oleh: Ihya Ulumuddin
“Mitos itu adalah kebenaran yang absolut,
karna mitos itu berasal dari nenek moyang kita yang sudah lama mengetahui
realitas yang ada”, ujar teman saya yang memang hanya mengikuti doktrin-doktrin
dogmatis.
Sangat bertolak belakang sekali pada saat kita
memikirkan secara logis tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan mitos itu
sendiri, mungkin secara empirik nenek moyang mereka memang mengalami realitas
itu dan menganggapnya sebagai sebuah kebenara tanpa ada bukti yang rasional
dari ajaranya atau kitab sucinya bahkan hal seperti ini mereka anggap sebagai
ajaran aqidahnya yang tidak boleh digugat dan dipertanyakan lagi, seperti yang
telah terjadi di ruang lingkup masyarakat awam, ada seorang ibu yang baru saja
membelikan motor baru untuk anaknya dan si ibu itu menyuruh anaknya untuk
menyeborkan air yang sudah diberi do’a terlebih dahulu ke motor itu. Ini adalah
sebagian contoh kecil dari semua mitos-mitos yang ada.
Memang sangat sukar sekali jika kebenaran itu kita
analisa secara logis karna di satu sisi kebanyakan orang menganggap bahwa
kebenaran yang paling benar itu terdapat dari nenek moyang mereka dan di sisi
lain minoritas sekali orang yang menganggap masalah ini bukanlah masalah yang
sangat serius dan tidak mau memprioritaskanya, padahal problem inilah yang
hendak memporak porandakan aqidah kita.
Jika dilihat dari sejarahnya, mitos timbul
dari bangsa mesopotamia kuno yang pada saat itu masyarakat setempatnya belum
mampu untuk berfikir secara logis dan mereka hanya mengikuti jejak nenek
moyangnya, bahkan di dalam masalah teologisnya seperti timbulnya dewa-dewa
dikarnakan masyarakat mesopotamia pada waktu itu rindu akan satu zat yang tidak
bisa di jangkau oleh nalar. pada awalnya mereka hanya mempergunakan pengetahuan
hanya sebatas pengetahuan empirik saja segala sesuatu yang terjadi di alam
semesta ini mereka jadikan sebuah pengetahuan tanpa dilandasi dengan rasio
sehingga segala keterjadian di alam semesta ini mereka jadikan sebagai
sebuahpengetahuan yang absolut.
Dan setelah itu datanglah para pemikir-pemikir
sekaligus pendobrak gerbang mitologi terutama dari bangsa yunani kuno yang
pemikiranya ditujukan pada alam semesta ini kosmologi. Menurut mereka
alam semesta ini bukanlah semata-mata hanya produk distribusi dari para dewa
seperti yang di asumsikan oleh orang-orang mesopotamia tadi, melainkan di situ
ada unsur saintis. seperti yang kita ketahui seorang thales dari miletos yang
mencetuskan argumenya yang pertama berdasarkan akal budi bahwa alam semesta ini
berasal dari yang satu, yaitu unsur air. dan diteruskan oleh muridnya
yaitu anaximandros yang berpendapat bahwa alam semesta ini terbuat dari sesuatu
yang tak berhingga dan tidak berkeputusan, sesuatu yang satu dan menurutnya itu
bukan air. Yang asal itu yang menjadi dasar alam dinamai oleh anaximandros “Apeiron”.
Apeiron itu tidak dapat dirupakan, tak ada persamaanya dengan salah satu barang
yang kelihatan di dunia ini. Dan ada yang terakhir dari filosof kosmos
sekaligus penutup dari filsafat ini karena pada tahun 494 s.M. kota miletos
diserang dan ditaklukan oleh persia dan di situ banyak sekali para
pemikir-pemikir filosofi alam yang meninggal bahkan nyaris tidak ada lagi, dan yang
menjadi murid dari anaximandros, yaitu anaximenes. Dikarenakan anaximenes ini
adalah murid dari anaximandros. Sebab itu tak heran, jika pandangan-pandanganya
tentang alam ini tidak jauh beda dengan gurunya. Juga ia mengajarkan bahwa,
yang asal itu satu dan tidak berhingga barang yang asal itu tidak ada
persamaanya dengan barang yang lahir dan tidak dapat diserupakanya. Baginya
yang asal itu mestilahsatu dari pada yang adadan yang tampak. Barang yag asal
itu ialah udara. Udara itulah yang satu dan tak berhingga.
Dari statmen di atas bisa disimpulkan bahwa keterbukanya
gerbang pemikiran-pemikiran rasional selama beberapa abad tergelapkan dengan
tradisi sakralisme dengan menjadikan logika sebagai landasan hidup. Adapun
tentang kebenaran itu sendiri, apakah kebenaran itu berpihak pada mitos ataukah
berpihak pada logos?, kalau kita analisa kebenaran itu relatif menurut
penginterpretasian masing-masing, akan tetapi terdapat satu kebenaran yang
absolut dan tidak bisa di ganggu gugat, yaitu suatu zat yang biasa kita namakan
tuhan. Sungguhpun para penganut relatifis mengaggap semua kebenara itu relatif,
tapi merekapun meyakini akan kebenaran tuhan itu, begitu juga halnya para
ateis, seperti karl marx, nitszhe dan dibawahnya, mengaggap tuhan itu sudah
mati, atau tuhan itu tidak ada, tapi yang di maksud seorang nitszhe dengan
argumenya “tuhan itu sudah mati” menafikan tuhan/metafisik dalam ranah
pemikiran filsafat, begitupun karl marx, yang menganggap tuhan tidak ada,
maksudnya jangan memasukan tuhan dalam ranah perpolitikan pemerintah dan
kesosialan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar