Tiga Fakultas Samawi: Ushuluddin, Dakwah dan Fisip
Sekilas Tiga Agama Samawi
Tentunya
dalam sejarah agama semitik (samawi)
kita mengenal ada tiga agama yang merupakan turunan dari millah Nabi Ibrahim, yaitu
Yahudi, Nasrani dan Islam. Agama Yahudi merupakan kaka pertama yang dibawakan
oleh Nabi Musa As bagi umat bani Israel. Lantas kemudian disusul oleh kaka ke dua
yaitu agama Nasrani oleh Nabi Isa di Palestina dan Islam sebagai Agama terakhir
yang diproklamirkan oleh Nabi Muhammad Saw. Ketiga agama tersebut merupakan
agama yang pada dasarnya mengemban sebuah misi ketuhanan yang bersifat
monoistik (tauhid).
Meskipun
ketiganya bersaudara, namun sejarah mencatat bahwa dalam perjalanannya tidak
pernah menemukan suatu titik persamaan untuk mencapai suatu tujuan perdamaian. Ketiganya
saling memperkuat barisannya masing-masing dan menyerang jika salah satu
diantara mereka ada yang terusik dalam keberadaannya. Klaim atas kebenaran pun
sangat gencar dikemukakan. Dan mereka bersikukuh menjari argumentasi teologis
yang rasional untuk memperkuat kepercayaan yang mereka amini.
Ada
satu tempat suci yang yang merupakan tempat bersejarah bagi ketiga agama tersebut,
yaitu Baitul Maqdis di Palestina. Konon katanya, di sana terdapat sebuah
bangunan bersejarah bagi masing-masing agama tersebut. Yang di suatu masa
sempat terjadi suatu peristiwa berdarah untuk merebut daerah tersebut.
Ushuluddin : Fakultas yang Dijanjikan
Dari
sekilas cerita tiga agama di atas, sepertinya ada unsure kesamaan dalam
kejadiannya atas fenomena yang terjadi di Ushuluddin. Pada awal kejadiannya,
Ushuluddin merupakan sebuah Fakultas independent yang dimiliki oleh Universitas
Islam Negeri Jakarta. Saat berdiri
pada tahun 1963, Fakultas Ushuluddin memiliki dua jurusan: Jurusan Dakwah dan
Jurusan Perbandingan Agama. Sejalan dengan visi untuk menjadikan Fakultas
Ushuluddin sebagai pusat kajian pemikiran Islam, kemudian dibuka Jurusan
Aqidah-Filsafat pada tahun 1982. Pada tahun 1989 berdiri pula Jurusan
Tafsir-Hadits, sementara pada saat yang sama Jurusan Dakwah memisahkan diri
menjadi fakultas tersendiri.
Lambat laun Dakwa menjadi sebuah Fakultas yang
mandiri meski gedung dan tanahnya masih bergandengan (nebeng) dengan Ushuluddin. Sebelum berdiri sebagai fakultas,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi mulanya adalah sebuah jurusan di Fakultas
Ushuluddin. Setelah menginduk selama kurang lebih 25 tahun, maka pada tahun
1989 Jurusan Dakwah memisahkan diri dan mandiri sebagai sebuah fakultas. Pada
saat berdiri, Fakultas Dakwah dan Komunikasi memiliki dua jurusan: Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Pada tahun akademik 1999/2000 dibuka secara
bersamaan Program Studi Pemikiran Politik Islam dan Program Studi Sosiologi
Agama yang dikemudian hari jurusan ini mengituti millah para pendahulunya untuk mendirikan suatu fakultas secara
independent, yang sekarang kita kenal dengan sebutan fakultas Fisip.
Jadi,
sangatlah jelas dari sumber sejarah menjelaskan bahwa Ushuluddin merupakan
sebuah fakultas yang memberikan semangat bagi berdirinya fakultas-fakultas yang
lain. Dari Ushuluddin munculah Dakwah dan Fisip. Ushuluddin selalu memberikan
inspirasi bagi sesuatu di dalam dan di luannya. Potensi yang dimiliki
Ushuluddin jika diaktualisasikan tentunya tidak akan pernah tergambarkan efektasinya.
Yang pastinya Ushuluddin telah memberikan suatu bukti bahwa ia merupakan sebuah
Fakultas yang dijanjikan.
Apalah
jadinya UIN Jakarta jika seandainya Ushuluddin tidak penah ada. Disamping dilegitimasi
sebagai sebuah fakultas, Ushuluddin senantiasa menjadi sebuah inspirasi dan the spirite of human being bagi keberadaan sesuatu yang lainnya, termasuk
Dakwah dan Fisip.
Yang Penting Ushuluddin !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar