Puisi ini aku tulis untuk maha siswa
yang melukis namanya dengan rusuk do’a
di dinding-dinding kampus
Oleh : Penyair Muda Hars
Ummi,
Di wajahmu aku melukis pulau dari kata-kata
menggambar negeri ini menjadi surga
yang manis
aku ingin berjalan mengukur panjangnya usia
dari puisi
seperti hantu bertakaran menghilang siang malam
di tepi-tepi jalan kota
sembari menimba air mata para pejalan kaki
yang sedang asyik mencatat panjangnya
sejarah negeri ini
dan bertanya kepada para penghamba
dalam sujudnya
tentang negeri yang telah kehilangan kerakter
-sebab janji para cendikiawan tak dapat di percaya
hanyalah menumpuk menjadi sampah di perpustakaan
dan tak dapat ditakwil dari mashap kebenaran
apa lagi mengkajinya lewat huruf dan bahasa
sungguh...!
dimanakah kerakter negeri?
yang ingin membawa anak-anak bangsa berlari
memanggul pendidikan ke ujung masa depan gemilau
di manakah tubuh negeri?
yang pernah berdiri tegab tersenyum manis
dan mengemban sinis
Ummi,
nadiku berbisik;
ku dengar pertanyaan maha siswa
dalam detak jantung penuh luka
air matanya berubah gerimis
mengikuti aliran darah penuh derita
malam ini mataku masih rabun melihat masa depan
siapa yang meruang di aliran do'a Ummi?
siapa yang mewaktu?
aku ingin belajar menulis puisi kembali
tentang air mata rakyat
dan nafas duka maha siswa
bahkan jeritan anak-anak tanpa pendidikan
agar mereka dapat merasa;
bukan hanya ke kuasaan
yang selalu menindas negeri ini
dengan kata-kata dan gambar
agar mereka dapat melihat
betapa zionisnya rezim pemerintahan
yang menjatuhkan kegagahan negeri ini
menjadi seribu bayang-bayang lezat di kakinya
Ummi,
kali ini
kutukku dalam hati Tuhan pada mereka
karena
kami
mereka
dia
mengkaji kembali
mengaji kembali
(Alif-Bha-Ta-Sya)
dan berteriak
Negeriku terlahir tanpa papa!
2011, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar