Antara Takdir dan Pilihan
Oleh Ulfi Tsalj
Berbicara
tentang takdir maka tidak akan terlepas dari pergulatan anpure karena
Tuhan yang berkehendak berarti manusia tak ubahnya sebuah boneka yang
dapat dimainkan oleh pemiliknya. Begitu pun sebaliknya, di mana otoritas
Tuhan jika apa yang kita lakukan tidak ada campur tangan Tuhan. Ah,
tapi ini sekelumit pikiran yang melintas, entah apa yang kawan-kawan
pikirkan dengan perdebatan yang tak berkesudahan ini.
tara Jabariyyah dan Qadariyyah. Entah mana di antara keduanya yang benar, karena terdapat sikap saling klaim bahwa pendapatnya adalah benar yang melandaskan pada kitab suci al-Qur'an, sehingga ini sangat membingungkan awam. Bahkan aku pun terkadang bertanya-tanya, apakah yang aku jalani selama ini adalah kehendak Tuhan atau murni karena pilihanku untuk melakukan. Jika semua yang tercipta ini adalah
Sehingga terkadang ada sesal pula yang hampir tak berujung akan apa yang telah dijalani. Menyesal, mengapa aku tidak mengenal mereka sejak pertama aku menginjakkan kaki pada dunia yang sungguh baru atau menyesal untuk tidak turut berjuang dengannya saat itu. Ah, sebenarnya ini karena kehendak Tuhan atau malah Tuhan yang membiarkan aku memilih di antara banyaknya jalan yang masing-masing menyatakan dirinya benar.
Sudahlah, tak akan ada habisnya ketika membahas sebuah pendapat yang keduanya didasarkan pada sebuah ayat. Ini hanyalah salah satu khazanah pemikiran muslim yang didapatkan dari pemahaman ayat. Perbedaan pendapat memang sudah sunnatullah yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, tapi dari perbedaan antar manusia harus saling menumbuhkan sikap saling menghargai dan menghormati agar tidak terjadi permusuhan. Sudah saatnya kita sebagai manusia yang berakal memunculkan sikap toleransi dan tidak berhenti memupuknya.
Dan aku bersama mereka adalah sebuah pilihan dan takdir.
tara Jabariyyah dan Qadariyyah. Entah mana di antara keduanya yang benar, karena terdapat sikap saling klaim bahwa pendapatnya adalah benar yang melandaskan pada kitab suci al-Qur'an, sehingga ini sangat membingungkan awam. Bahkan aku pun terkadang bertanya-tanya, apakah yang aku jalani selama ini adalah kehendak Tuhan atau murni karena pilihanku untuk melakukan. Jika semua yang tercipta ini adalah
Sehingga terkadang ada sesal pula yang hampir tak berujung akan apa yang telah dijalani. Menyesal, mengapa aku tidak mengenal mereka sejak pertama aku menginjakkan kaki pada dunia yang sungguh baru atau menyesal untuk tidak turut berjuang dengannya saat itu. Ah, sebenarnya ini karena kehendak Tuhan atau malah Tuhan yang membiarkan aku memilih di antara banyaknya jalan yang masing-masing menyatakan dirinya benar.
Sudahlah, tak akan ada habisnya ketika membahas sebuah pendapat yang keduanya didasarkan pada sebuah ayat. Ini hanyalah salah satu khazanah pemikiran muslim yang didapatkan dari pemahaman ayat. Perbedaan pendapat memang sudah sunnatullah yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, tapi dari perbedaan antar manusia harus saling menumbuhkan sikap saling menghargai dan menghormati agar tidak terjadi permusuhan. Sudah saatnya kita sebagai manusia yang berakal memunculkan sikap toleransi dan tidak berhenti memupuknya.
Dan aku bersama mereka adalah sebuah pilihan dan takdir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar