Surat Cinta Mahasiswa Filsafat
Kita
adalah pancaran-pancaran kebebasan dari Cinta yang menitis ke dunia materi. Tak
perlu skeptisisme untuk meragukan darimana asal cinta dalam diri kita. Secara
apriori, aku tahu bahwa kelak aku akan bertemu dengan sesosok pengada yang
bermateri sebaik dirimu, semenawan dirimu. Kini aposteriori telah membuktikan
bahwa materiku melihat materimu, namun tampaknya bukan materi yang menimbulkan
afektivitas positifku terhadapmu.
Saat
subjek berafektivitas positif terhadap subjek lainnya, cinta telah menjadi
objek. Aku suka ucapan yang keluar dari materimu, aku juga suka dengan segala aktivitas
yang dilakukan oleh rohmu ... tampaknya rohku telah terpikat pada rohmu. Kini
rohku bernyanyi dalam sebuah surat afektivitas positif yang dikuasai oleh
sebentuk cinta kebaikan hati yang menjadikan cinta
utilitaris menjadi begitu tampak adanya.
Kini
ruang kerja rohku telah dikuasai oleh setiap gambaran tentang apa saja yang
telah dilakukan oleh rohmu. Eksistensimu menjadi nyata di dalam interioritasku,
dan membuat rohku ingin bernyanyi demi melihat seulas senyum terbias pada
materimu. Tampaknya kau telah berhasil mengacaukan kinerja pecut rasio ku
sehingga kuda epithumeaku menjadi mabuk dan menjadi begitu sulit kukendalikan
sekarang. Maka tolong dimaafkan apabila rohku membuat materiku terlihat tidak
rasional, dan logikaku menjadi tidak valid.
Sungguh
sedih mengetahui bahwa rohku hanya bisa menyatakan diri dalam ada yang
sederhana ini, semoga kesadaranmu tidak peka sehingga tidak menyadari bahwa
surat ini kutulis untuk rohmu. Karena, toh, cinta hanyalah
seberkas ilusi material yang hanya bertahan sepanjang dua jiwa saling terikat
dalam satu segitiga cinta. Dan rohku sendiripun tidak berniat untuk mengakui
sebongkah epithumea ini, dan thumosku sibuk memarahinya agar diam dan kembali
tenang.
Pamulang, 13 Januari 2013 (09:33)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar