oleh Pagar Dewo pada 03 November 2011 jam 10:45
“Kenapa? Kau sakit?”
Kau hanya diam. Sambil menahan batuk susulan.
“Astaga, kau muntah. Itu darah.”
Kau terbatuk-batuk lagi. Dari mulutmu keluar cairan kental.
“Ah, warnanya jingga. Seperti senja. Tidak, ini sedikit ungu. Ayo ke dokter.
Aku memapahmu sampai ruang periska. Dokter bekerja. Matanya miring ke kiri. Tapi hanya sebentar. Lebih lama saat menunjuk sudut atas kanan. Dia pasti menghayal. Berimajinasi. Kemudian memberi resep biasa.
“Saya sakit apa dok,” tanyamu.
“Cuma kelelahan. Kamu merokok?”
“Tidak, dok.”
“Banyak-banyak minum air putih ya.”
Aku mengiringmu hingga apotik. Ku saksikan obat biasa yang kau terima. Amoxilin dan sebagainya. Di seberang rumah sakit kembali kau terbatuk darah. Keluar dari mulutmu warna jingga unggu.
“Ah, aku yakin ragamu baik-baik saja.”
“Tapi kau tahu, aku begitu lemas.”
“Coba kau pejamkan mata. Lihatlah apa yang terjadi dalam jiwa. Mungkin kau akan dapat jawaban.”
Sebuah medan gersang. Porak-poranda karena perang. Bau hangus letupan meriam. Asap hitam mengepul. Membumbung menjadi awan. Telah terjadi pertempuran besar dalam jiwamu. Tujuh dari sembilan jiwa sedang siaga. Menghadapi pertempuran selanjutnya dengan senjata rahasia.
Ciputat, Student Center-UIN Jakarta, 2 Nov 2011, 09.40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar