oleh Muhammad Fanshoby*
Ini hanya sebuah tulisan sederhana. Tidak perlu dianggap serius, apalagi diambil hati. Cukup dijadikan renungan dalam cara kita berkehidupan. Tulisan ini bukan hal yang substansial, bagi saya, ini hanya sempalan yang dijadikan pertimbangan kita. Saya sekedar ingin mempertanyakan gaya berkehidupan sekarang ini seperti apa. Banyak paradigma-paradigma yang terasa janggal, kalau saja tidak direnungankan kembali. Sudah jelas, siapa yang tidak mau dibilang orang baik sedikit dosa? Ada juga ingin dipandang orang suci?
Pada mulanya, kekhawatiran saya ketika dalam berkehidupan itu, terlalu takut melakukan dosa. Ini memiliki dampak yang benar-benar kontradiktif. Oke, mari kita samakan persepsi dahulu tentang dosa. Bagi saya, tulisan ini ingin menyampaikan dosa universal. Baik itu dosa menurut agama, moral, bahkan hukum yang berlaku. Kehidupan sekarang, saya memandang cenderung terlalu larut dengan kompetisi. Demi menjadi juara, orang ternama, hebat, dan sebagainya. Akan tetapi, tahukan Anda? Ada banyak konsekuensi yang harus ditanggung. Yang menang, bisa jadi yang lebih berani berbuat dosa.
Anda boleh membantah spekulasi di atas. Namun, itu terlihat, terasa, disekeliling kita. Asal Anda peka. Persoalannya tinggal masihkah kita takut berbuat dosa, sedangkan hati ini meronta-ronta ingin dibilang orang hebat? Terserah Anda mau memandang seperti apa, yang jelas, saya berupaya memberikan pandangan tentang sejauh mana berani berbuat dosa itu bisa berpengaruh. Pandangan picik bahwa menjuarai kompetisi itu harus takut melakukan dosa, saya runtuhkan. Terlalu naïf jika mau hebat, tak mau berdosa.
Kalau seandainya, Anda masih ingin berusaha menjadi juara tanpa berbuat dosa. Saya apresiasi sebesar-besarnya. Keinginan, ambisi, dan cita-cita. Tidak akan bisa terus konsisten apabila hasil dari sebuah upaya tidak terasa langsung. Karena kita tidak mau menunggu. Ingin instan. Konsistensi keinginan, ambisi, dan cita-cita akan ada, kalau bisa dirasakan secara instan. Melakukan hal yang instant perlu banyak cara yang harus dilakukan. Baik mengorbankan diri sendiri, keluarga, teman, bahkan perlu menghalalkan segala cara. Akan ada banyak keegoisan, opotunisme, kedustaan, manipulasi, munafik dan ragam lainnya. Bukankah itu dosa?
Semoga saja, Anda orang yang berani berbuat dosa. Bisa saya pastikan Anda bisa menjadi pribadi yang Anda dambakan. Hidup bahagia, dengan melakukan dosa. Karena bagi saya, berani melakukan dosa. Berani menjadi orang luar bisa. Jika masih takut berbuat dosa, beranilah Anda untuk menjadi biasa-biasa saja.
*Penulis Adalah Mahasiswa AF/FUF & Pimred Institus UIN Jakarta
Pada mulanya, kekhawatiran saya ketika dalam berkehidupan itu, terlalu takut melakukan dosa. Ini memiliki dampak yang benar-benar kontradiktif. Oke, mari kita samakan persepsi dahulu tentang dosa. Bagi saya, tulisan ini ingin menyampaikan dosa universal. Baik itu dosa menurut agama, moral, bahkan hukum yang berlaku. Kehidupan sekarang, saya memandang cenderung terlalu larut dengan kompetisi. Demi menjadi juara, orang ternama, hebat, dan sebagainya. Akan tetapi, tahukan Anda? Ada banyak konsekuensi yang harus ditanggung. Yang menang, bisa jadi yang lebih berani berbuat dosa.
Anda boleh membantah spekulasi di atas. Namun, itu terlihat, terasa, disekeliling kita. Asal Anda peka. Persoalannya tinggal masihkah kita takut berbuat dosa, sedangkan hati ini meronta-ronta ingin dibilang orang hebat? Terserah Anda mau memandang seperti apa, yang jelas, saya berupaya memberikan pandangan tentang sejauh mana berani berbuat dosa itu bisa berpengaruh. Pandangan picik bahwa menjuarai kompetisi itu harus takut melakukan dosa, saya runtuhkan. Terlalu naïf jika mau hebat, tak mau berdosa.
Kalau seandainya, Anda masih ingin berusaha menjadi juara tanpa berbuat dosa. Saya apresiasi sebesar-besarnya. Keinginan, ambisi, dan cita-cita. Tidak akan bisa terus konsisten apabila hasil dari sebuah upaya tidak terasa langsung. Karena kita tidak mau menunggu. Ingin instan. Konsistensi keinginan, ambisi, dan cita-cita akan ada, kalau bisa dirasakan secara instan. Melakukan hal yang instant perlu banyak cara yang harus dilakukan. Baik mengorbankan diri sendiri, keluarga, teman, bahkan perlu menghalalkan segala cara. Akan ada banyak keegoisan, opotunisme, kedustaan, manipulasi, munafik dan ragam lainnya. Bukankah itu dosa?
Semoga saja, Anda orang yang berani berbuat dosa. Bisa saya pastikan Anda bisa menjadi pribadi yang Anda dambakan. Hidup bahagia, dengan melakukan dosa. Karena bagi saya, berani melakukan dosa. Berani menjadi orang luar bisa. Jika masih takut berbuat dosa, beranilah Anda untuk menjadi biasa-biasa saja.
*Penulis Adalah Mahasiswa AF/FUF & Pimred Institus UIN Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar