oleh Sigit Rastafara pada 16 Oktober 2011 jam 14:15
Kehilangan merupakan bagian dari fitrah manusia yang bisa membuat perubahan dalam kehidupan kita. Arti kehilangan bisa berupa kesedihan dan penderitaan atau tempaan atas kualitas ketabahan dan kesiapan diri. Rasa kehilangan merupakan bagian dari rasa memiliki karena adanya keterikatan atas sesuatu atau seseorang. Kehilangan menunjukkan rasa yang tidak sepenuhnya utuh, merasa kurang tanpa hadirnya sesuatu atau seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering bersentuhan dengan rasa kehilangan. Kehilangan akan benda, jiwa, perasaan, harga diri dan suasana, kehilangan sosok seseorang, kehilangan kesempatan atau peluang bahkan takut kehilangan.
Kehilangan pernah dialami siapa saja, terlepas dari perbedaan hal yang hilang, reaksi atas kehilangan, cara menyikapi, mengatasi dan mengartikan kehilangan, serta dampak yang ditimbulkannya. Kehilangan sebuah benda yang berharga bisa berarti petaka bagi sebagian orang, dan kehilangan sosok seseorang bisa berarti derita bagi kita. Di atas semua itu, kehilangan sesuatu atau seseorang bisa menyebabkan kehilangan harapan dan kesadaran akan conscience (suara hati), sehingga arti kehilangan bisa mengubah persepsi seseorang atas kehidupan. Tidak sedikit orang yang membentuk arti dan persepsi kehilangan sebagai penderitaan dan larut di dalamnya, menjadi kehilangan kepercayaan dan kebermaknaan hidup. Mengapa kita merasa kehilangan?
Kehilangan tumbuh dalam benak dan perasaan kita karena adanya arti berikut ini, yang seringkali kita sadari setelah kehilangan itu terjadi.
Pertama, kita merasa kehilangan karena sesuatu atau seseorang yang hilang itu sangat berharga dan berarti untuk kita. Kita seringkali merasa terlambat menyadari atau bahkan baru menyadari betapa berharganya sesuatu dan betapa berartinya seseorang untuk kita setelah semua itu hilang, sehingga kita merasa kehilangan dan merasakan arti kehilangan sebagai adanya kekurangan, kekosongan, atau kehampaan tanpa kehadiran yang hilang tersebut.
Kedua, kita merasa kehilangan karena kita menyadari bahwa kita membutuhkan yang hilang itu. Intensitas kebersamaan dan kedekatan membuat kita terbiasa dan merasa biasa. Namun, ketika yang terbiasa dan biasa itu tak ada, kita merasa ada yang kurang dan hilang dari kebiasaan dan keterbiasaan itu. Ini menunjukkan bahwa kita membutuhkan kehadirannya, keberadaannya, perannya, fungsinya dan kebermanfaatannya untuk kita, sehingga rasa membutuhkan itu bisa berkembang menjadi mengharapkan yang hilang.
Ketiga, kita merasa kehilangan karena kita merasa mencintai dan menyayangi yang hilang itu. Bagaimanapun berharganya sesuatu bagi orang lain, dan bagaimanapun berartinya seseorang bagi orang lain, tak akan membuat kita merasa kehilangan ketika kita tak mencintainya dan menyayanginya atau paling tidak ada empati yang bisa membuat kita merasa kehilangan. Kehilangan sahabat, teman, keluarga atau orang terkasih merupakan bentuk kehilangan karena cinta kita kepada mereka. Kedalaman rasa bisa mengukuhkan arti kehilangan dalam diri dan hati kita, sehingga kehilangan itu bisa berdampak tidak biasa dan luar biasa bagi hidup dan hati seseorang.
Biasanya reaksi awal karena kehilangan ditunjukkan dengan bersedih, menangis, kesal, marah atau menyalahkan diri karena merasa menyia-nyiakan yang hilang tersebut. Reaksi ini bisa berlanjut hingga membuat kita larut, terbenam dan karam dalam rasa kehilangan itu. Bila ini reaksi kita, maka boleh jadi kita kan kehilangan kebermaknaan dan kepercayaan akan diri, hidup dan Pemilik Kehidupan. Ada pula orang yang mampu mengatasinya dengan menunjukkan reaksi yang wajar karena ia meyakini kekuatan Tuhan. Arti kehilangan bagi orang-orang seperti ini adalah ujian sekaligus perubahan dalam kehidupan, bukan kesedihan semata. Orang-orang seperti inilah yang dikategorikan sebagai pembelajar kehidupan, memiliki kemampuan untuk melihat dan memahami hikmah di balik masalah, melihat sisi kemudahan dalam kesulitan dan menjadikan kegagalan sebagai batu loncatan untuk melangkah lebih maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar