BREAKING

Minggu, 09 Oktober 2011

Ushuluddin; Spirit of Human Bieng

 oleh : Pagar Dewo

INDONESIA, menemui titik kebangkitannya pada tahun 1980an. Ini ditandai dengan berdirinya Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (Ushuluddin) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di fakultas ini, mahasiswa memelajari berbagai disiplin ilmu tentang ushuluddin atau dasar-dasar dari agama dan spiritualitas, serta filsafat, yang merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan.

Karena itulah mengapa hingga kini, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat telah menghasilkan sarjana-sarjana berkualitas dari segi kepribadian, intelektualitas, spiritual dan memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Alumni-alumni IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sukses dan menjadi tokoh besar, umumnya berasal dari Ushuluddin.

Berbeda dengan fakultas dan jurusan lain di Indonesia, Ushuluddin tak memenjara manusia dengan mencetak sarjana tukang. Tidak ada spesialisi kerja yang dibebankan pada lulusan Ushuluddin. Karena itu, setiap manusia Ushuluddin bebas menentukan masa depannya sendiri, memilih apa yang mereka minati dan merealisasikan apa yang mereka mau.

Mungkin ini kedengarannya terlalu mengawang dan sedikit absurd. Tapi itu bagian dari pendidikan yang ada di Ushuluddin. Mahasiswa Ushuluddin tak dibiarkan instan dan manja. Sebaliknya, Ushuluddin menggembleng mahasiswa supaya mandiri dan mampu menentukan nasibnya sendiri. Oleh karena itu, cuma orang-orang tertentu dan berkemauan kuat serta ambisiuslah yang mampu menerima pendidikan di FUF.

Itu semua terkait dengan kebebasan. Ini adalah fitrah manusia. Manusia berbeda dengan tumbuhan atau binatang, yang segala kehidupannya seragam dan telah ditentukan dari awal. Manusia punya cita-cita dan harapan. Dalam memerjuangkan kehidupannya, manusia harus kreatif. Tak mentah-mentah menelan yang ada, sebagaimana hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, semuanya harus diolah, dipikir, dirasa dan dikembangkan. Dari situ, tercipta berbagai kemungkinan-kemungkinan baru. Selanjutnya, terwujudlah proses penciptaan yang terus menerus menuju kesempurnaan.

Demikianlah, Ushuluddin sangat manusiawi. Hal sesederhana ini saja bisa membedakan Ushuluddin dengan fakultas lain, yang tentunya sangat tidak manusiawi. Bicara kemanusiawian, apa yang dipelajari di Ushuluddin pun selaras dengan hal itu. Contoh kecilnya adalah masalah ketuhanan, kehidupan, tujuan penciptaan atau kehidupan sendiri dan sebagainya.

Semua itu merupakan pertanyaan-pertanyaan asasi yang pasti ada di benak manusia. Setiap anak manusia, tak mungkin tidak menanyakan hal itu. Tak mungkin pula pertanyaan ini terjawab hanya dengan mengikuti rutinitas konvensional. Kehidupan manusia bukan sekadar lahir, kecil, dewasa, sekolah, kuliah, kerja, kawin, punya anak dan kecil lagi, begitu seterusnya, Terdapat hal besar di balik itu semua. Ini tak mungkin mampu terpikirkan oleh mahasiswa Fakultas Lain. Dan itulah kenapa, rata-rata alumni Ushuluddin atau yang berjiwa Ushuluddin selalu tampil jadi pemimpin.

Perlu dipahami bahwa Ushuluddin bukan hanya berdiri sebagai fakultas yang khusus ada di UIN, IAIN, Perguruan Tinggi Agama atau Theologi. Lebih dari itu, Ushuluddin adalah ruh atau semacam spirit, yang menyebabkan raga kita hidup. Manusia bukanlah apa yang tampak dari raga, melainkan dibaliknya, yang membuat raga itu bergerak, berfikir dan bertindak. Itulah Ushuluddin. Ushuluddin adalah kekuatan tak kasat mata, yang bisa diterima oleh manusia yang menggunakan akal dan terbuka hatinya. Sehingga untuk menjadi manusia unggul tak harus berstatus Mahasiswa Fakultas Ushuluddin, melainkan cukup dengan mengintegrasi nilai dan semangat Ushuluddin dalam diri. Tokoh-tokoh seperti Nabi Muhammad, Soekarno, Che Guefara, Galileo, Einsten, Newton dan sebagainya adalah contoh dari manusia yang memiliki jiwa Ushuluddin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2009 Piush
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube