BREAKING

Rabu, 04 Maret 2015

Tiga Mengapa

Roman ini disulam dengan kecupan malam, ia bercerita tentang bulan, matahari dan pergantian antara keduanya.
Sesekali kita pura-pura tak tahu karena sandiwaranya terlalu berlebihan. Namun kelabu tak kunjung dilumat matahari.
Aku menunggu, tentu menunggu halaman terakhir dari roman tebal yang kita tulis setiap hari.
Aku tahu, Kita sedang mencari halaman yang hilang, bahkan sebenarnya tidak ada. Tahukah,  aku ingin menulis tiga kali mengapa saat melihat kita lemas tak waras.
* * *
Mengapa kita tergesa-gesa menulis roman fatalis ini?
Mengapa pula kita membacanya berulang-ulang setiap hari sepulang kau menari?
Mengapa kau memarahi pensil teman kita saat menulis kata per kata, lalu aku dipaksa membanting buku yang kita tumpuk berminggu-minggu, hingga kau dan aku bertengkar saat halaman itu tetap saja hilang, atau sebenarnya tak ada?
* * *
Tiga mengapa ini ku tulis disampingmu, benar-benar saat bersamamu.
Sesekali kita terlihat berpandangan, meski pura-pura saja.
Jujur, Aku sebenarnya melihat keningmu dan kamu diam-diam bergeser sejengkal kebawah; kau menatap tajam komat-kamit bibirku dengan was-was hingga aku tak berani menulis mengapaku yang keempat.
Aku takut kau menantang Tuhan, menuduh aku menulis halaman itu lalu menelannya.
* * *
Malam ini tiba-tiba kau menulis beberapa halaman untuk menghibur pembaca di Bumi.
Kau selipkan apa saja yg kau benci, memutarkan rotasi, hingga matahari kau paksa terbit diujung barat.
Kau telah melepaskan dadu, dan aku  dipaksa bertaruh.
Inikah halaman hilang yg kita inginkan?

Atau matahari esok akan kembali menelannya, lalu kita bertengkar lagi, menulis lagi, lalu kembali hilang .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2009 Piush
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube