BREAKING

Jumat, 30 Mei 2014

KORUPSI MENJERAT RAKYAT

Oleh: Ulfiana*
Kini Indonesia menjadi lumbung korupsi. Berbagai sisi kehidupan telah dipenuhi dengan aksi tidak sehat ini. Pemerintah yang seharusnya menjadi wakil dari rakyat malah berkhianat atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Mereka tidak lagi dapat dijadikan tumpuan rakyat dalam memajukan bangsa ini sehingga tidak salah jika masyarakat tidak lagi menaruh percaya dengan pemegang tampuk kekuasaan di Indonesia ini.
Bahkan korupsi telah menyebabkan ketidakmamuran masyarakat dalam berbagai hal, seperti dalam pendidikan, pembangunan yang tidak tuntas, kemiskinan, kebobrokan moral, dan sebagainya. Kemudian hal yang paling ironis dari akibat korupsi adalah krisis kepercayaan oleh masyarakat kepada pemerintah. Hal inilah yang menjadikan masyarakat apatis terhadap berbagai isu yang tejadi di Indonesia.
Dari segi pendidikan, korupsi telah menelan pelajar miskin yang seharusnya menuntut ilmu. Bermiliar uang yang telah diambil dengan merasa tidak bersalahnya oleh pemerintah menjadikan anak-anak di usia produktif tidak belajar dengan alasan tidak mendapat beasiswa sehingga tidak heran jika banyak anak kecil yang mengamen di jalanan. Padahal uang yang dikorupsi tersebut seharusnya dapat memintarkan rakyat malah dijadikan sebagai pemuas nafsu pribadi yang tidak ada habisnya. Semakin meninggi angka anak yang tidak sekolah maka tinggal menunggu saja kehancuran negera ini. Karena pendidikan adalah penentu dari kemajuan bangsa.
Kemudian akibat dari adanya korupsi yang semakin merajalela adalah pembangunan yang tidak tuntas. Hal tersebut sebagaimana pembangunan proyek di Hambalang yangbelum juga selesai padahal pembangunan telah dimulai sejak lama. Dan pembangunan jembatan di Lebak, Banten yang ditangani sangat lambat oleh Gubernurnya. Dua peristiwa tersebut hanyalah sebagai perwakilan dari banyak kasus yang belum terselesaikan atau mungkin tidak terselesaikan.
Pun korupsi telah menyengsarakan rakyat Indonesia, sepertinya maraknya kemiskinan, terjadinya busung lapar di berbagai tempat, dan sebagainya. Sebut saja, banyaknya masyarakat yang hidup di kolong jembatan, di tepian rel kereta api, atau bahkan di jalanan. Sedang pemerintah tidak memperhatikan kebutuhan rakyatnya malahan sibuk untuk memperkaya diri dengan uang yang bukan haknya. Kemiskinan itu sudah dianggap sebagai hal yang biasa atau mungkin sebagai penghias gedung-gedung yang menjulang tinggi bak pencakar langit. Bukankah ini hal yang sangat membuat hati perih? Sehingga tidak heran jika Indonesia berada di posisi 124 dalam kesejahteraan di kancah internasional berdasarkan hitungan Development Report 2011.
Korupsi sudah mengakibatkan kesulitan dalam masyarakat yang tidak ada ujungnya. Namun praktik ini semakin subur seiring dengan banyaknya kasus yang terungkap dalam pemerintahan Indonesia. Ironisnya pula, masyarakat di Indonesia tidak lagi percaya dengan pemerintah sehingga hal ini akan menyebabkan tidak adanya kontrol tehadap pemerintah. Penulis berpendapat demikian karena dari fenomena masyarakat yang ogah-ogahan untuk memilih pemimpin ketika dia tidak diberi uang yang disebut-sebut sebagai ganti dari gaji kerjanya selama sehari tersebut dan ketika dia tidak mendapatkan uang, dia lebih memilih untuk kerja dibandingkan memilih pemimpin.
Dari berbagai segi yang telah disebutkan, seolah-olah Indonesia akan terus menuju kepada kemunduran sehingga pemerintah harus memperbaiki citra agar masyarakat tidak apatis dengan kejadian-kejadian yang menjadi masalah bersama. Pemerintah harus kembali kepada tugasnya yakni menjadi fasilitator rakyat dalam mewujudkan kemakmuran di Indonesia. Karena kepercayaan rakyat sudah dalam titik nadir yang mengkhawatirkan jika tidak segala ditangani.
Penyalahgunaan kekuasaan oleh kaum birokrat seperti sudah menjadi budaya yang mendarah daging. Seperti dalam tubuh DPR yang seharusnya ia menjalankan amanat rakyat untuk menyampaikan aspirasi malah jarang hadir dalam pembahasan masalah rakyat dan ini merupakan bentuk sebuah korupsi pula, yakni korupsi waktu dan termasuk juga memakan gaji buta.
Lalu siapa yang dapat memperbaiki keadaan yang sudah tidak keruan tersebut? Penulis menaruh harapan besar kepada pelajar muda yang merupakan agent of change untuk turut dalam melakukan perubahan di Indonesia. Di tangan-tangan itulah diharapkan tumbuh pemimpin-pemimpin yang akan memakmurkan Indonesia. Para pelajar muda harus memprioritaskan intelektual dengan tidak menafikan perpolitikan. Meski pada kenyataannya pendidikan di Indonesia tidak mengalami kemajuan signifikan malahan mengalami kebobrokan.
Korupsi-korupsi yang terjadi di Indonesia tidak lain juga disebabkan adanya krisis moral. Dengan demikian masyarakat harus menjadikan moral sebagai pijakannya untuk melangkah ke depan. Karena tanpa adanya moral maka negara ini tidak akan mengalami perbaikan malahan akan menjadikan semakin dalam bobrok. Meski masyarakat sudah kehilangan percaya namun perbaikan dalam segala hal masih dapat diupayakan untuk menjadikan Indonesia menjadi negara yang lebih maju walau mungkin menurut sebagaian orang solusi ini adalah suatu hal yang utopis.
*Kader HMI Komisariat Ushuluddin dan Filsafat, Aktivis PIUSH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2009 Piush
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube