BREAKING

Rabu, 22 Mei 2013

RESISTENSI DUNIA PIKIR MAHASISWA

RESISTENSI DUNIA PIKIR MAHASISWA
 oleh: @Muflih666
     Telah hadir berjuta tutur kata yang mewakili gagasan tentang manusia dalam rangka menyibak tirai persembunyian manusia yang sesungguhnya. Satu hal yang tak terhindarkan dari manusia itu bahwa ia tak akan pernah berhenti untuk mencari ke-apa-an yang berada di balik seonggok daging tubuh manusia itu, meskipun pada akhirnya ia hanya menemukan hirarki penafsiran tanda-tanda tentang manusia yang susungguhnya.
Manusia adalah hewan yang berfikir – paling tidak kata-kata atau penanda (signifier) itu yang sering didengungkan oleh manusia untuk merujuk pada suatu konsep atau petanda (signified) tentang manusia -. Berfikir ini juga merupakan pembeda (differensia) antara manusia dan bukan manusia. Berfikir ini tertuang dalam ranah nyata dengan nampaknya perubahan-perubahan yang dialami oleh manusia dan tidak dialami oleh hewan lainnya. Lebah – contoh hewan lainnya – tak pernah mengalami perubahan. dari waktu ke waktu  manusia mengalami perubahan dalam pembuatan rumahnya, sementara lebah tidak, begitupun hewan lainnya. ini merupakan petanda (signified)  yang diwakili oleh penanda (signifier) kata Berfikir dan sekaligus pembeda (differensia).
Dari sekian panjangnya perjalanan manusia dengan diiringi kepentingan-kepentingan yang lahir dari  berfikir-nya itu, sehingga membentuk suatu kerumunan yang disebut masyarakat. Mahasiswa hadir sebagai  salah satu penanda (signifier) yang merujuk pada suatu konsep atau petanda (signified) tentang masyarakat yang bertaraf didik diatas rata-rata. Pembeda (differensia)mahasiswa dengan bukan mahasiswa ialah cara berfikirnya yang tertata dengan ukuran tertentu tergantung dengan bidang atau jurusan apa yang sedang ia geluti.
Mahasiswa bertemu dengan para pejabat kampus yang terdiri dari dosen, dekanat, dan rektorat dalam rangka memenuhi kepentingannya. Mereka membentuk suatu kepentingan bersama atas tuntutan terpenuhinya kepentingan masing-masing. Pihak pejabat kampus mau tidak mau harus bisa menjadikan mahasiswa sebagai mahasiswa, yakni membentuk cara berfikir yang tertata sesuai dengan bidangnya. Selama tuntutan tersebut belum terpebuhi, maka mahasiswa bukanlah mahasiswa.
Polemik yang sedang terjadi kini ialah para pejabat kampus  hanya cenderung membentuk mahasiswa yang tidak memakai sendal, celana sobek, kaos oblong, berambut gondrong, dan lain sebagainya. Pertanyaannya ; apakah dengan tidak memakai sendal, celana sobek, kaos oblong, dan berambut gondrong merupakan penanda yang berpetanda bahwa mereka adalah mahasiwa ?, tentu tidak. Sungguh berserakan mereka yang berkostum rapi katanya dan menyebutdiri sebagai mahasiswa, namun bukan mahasiswa.
Ada hal yang lebih mendasar yang bersembunyi di balik penanda mahasiswa. Untuk mendapatkan pemahaman tentang konsep mahasiswa yang memadai, perlu didahulukan kemengertian tentang mahasiswa sebelum diartikan sebagai mereka yang berkostum rapi. Hal itu adalah terbentuknya cara berfikir yang tertata sesuai bidang tertentu.
Kami berharap agar pejabat kampus memperhatikan sistem ajar yang mereka ciptakan dan aplikasi pengajaran terjadi di kalangan mahasiswa. terlebih salah satu fenomena yang menyayat hati kami ialah diizinkannya stand pemeran dan penjualan pakaian atau busana yang sedang booming di beberapa halaman fakultas, sementara tak pernah nampak di mata kami pameran atau penjualan buku-buku panduan berharga miring yang dapat mendukung aktivitas kami sebagai mahasiswa. oleh karena itu terkadang kami berfikir bahwa kami yang bersendal jepit, bercelana sobek dan berambut gondrong adalah penanda berpetanda resistensi dunia pikir mahasiswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2009 Piush
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube