BREAKING

Sabtu, 03 November 2012

Teks Sumpah Pemuda: Sebuah Narasi yang Telah Mati: @ramdhany12



Teks Sumpah Pemuda: Sebuah Narasi yang Telah Mati
@ramdhany12
kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia. kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
 kami poetra dan poetri Indonesia mengjoenjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Djakarta, 28 Oktober 1928
Setiap teks lahir, kemudian hadir di tengah-tengah kita dalam bentuk yang beragam dan memiliki dimensi sejarahnya masing-masing. Teks yang lahir dan kemudian hadir tentunya membawa sebundelan serat-serat makna yang ingin disampaikan. Meski sangat sulit bagi kita untuk menemukan sebuah pemahaman yang utuh dan menyeluruh dari sebuah teks yang kita temui, tak terkecuali teks sumpah pemuda.
Hadirnya teks tentunya memiliki sabab-musabab yang menjadi landasan dasar atas lahirnya teks sumpah pemuda tersebut. Teks tersebut  memiliki keterhubungan dengan beberapa aspek, seperti penulis, horizon pengetahuan sang penulis teks, waktu, tempat dan situasi dan kondisi sosial-politik pada saat teks itu dibuat. Ketersituasian teks sumpah pemuda yang menjadikannya memiliki nilai yang bersipat terbatas dan temporal.
Teks yang merajut sebuah narasi-proposisi tidak memiliki suatu penilaian yang tidak bias terlepas dari sebuah kenyataan peristiwa. Teks sumpah pemuda tentunya memiliki suatu peristiwa dimana para pemuda --perwakilan dari keseluruhan poetra-poetri Indonesia seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi-- telah bersepakat dalam tiga hal, yaitu bertanah-air, berbangsa dan berbahasa persatuan. Ketiga point tersebut berlabuh pada satu kata, yaitu Indonesia.
Dahulu, Sumpah Pemuda merupakan sebuah bukti otentik yang memiliki suatu makna tertentu. proses kelahiran Bangsa Indonesia ini dan semangat nasionalisme merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan dan penjajahan atas pribumi inilah yang kemudian mendorong sebagian pemuda Indonesia pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli. tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya beberapa tahun kemudian setelah teks Sumpah Pemuda dideklarasikan.
Masalah arti dan makna yang terkandung dalam suatu narasi-proposisi merupakan hal yang sangat mendasar. Pada awal kehadirannya, teks sumpah pemuda mengandung pemaknaan suatu tekad penyatuan yang diikrarkan oleh para putra-putri Indonesia era 30-an. Dengan kata lain, pada saat itu, teks sumpah pemuda memiliki nilai kekuatan atas perjuangan. Bagi para penggagasnya, menghadirkan sumpah pemuda merupakan suatu keharusan demi terwujudnya nilai-nilai persatuan dan sebagai kendaraan politik untuk melawan para penjajah yang sudah sekian lama bertamu di bumi pertiwi ini.   
Kini, Semangat nasionalisme kian memudar, dan semangat primodialisme atau kesukuan semakin menguat. Dan itu merupakan realitas yang tidak bias dipungkiri bagi bangsa Indonesia saat ini. Berbagai fakta temuan untuk membuktikan kebenaran pernyataan tersebut bukan merupakan hal yang sulit bagi kita, karena media informasi semakin mudah kita dapatkan kapanpun dan dimanapun.
Jika kita mencoba untuk membandingkan dan menguji sejauh mana teks Sumpah Pemuda itu memiliki suatu nilai pemaknaan yang berbeda pada masa kelahirannya dengan masa kehadirannya pada saat ini, tentunya kita akan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa teks sumpah pemuda tidak lain hanya sebatas narasi yang telah mati, yang dijadikan sebuah moment sakralisasi tanpa ada dampak apapun bagi bangsa ini. terkecuali hanya dijadikan sebagai momentum ritual tahunan.
Penulis ingin menegaskan bahwa untuk saat ini di zaman kontempor ini, disaat para pemuda Indonesia mulai apatis, alayis dan autis, nilai-nilai yang tekubur dalam teks sumpah pemuda tidaklah memberikan suatu makna apa-apa terkecuali hanya sebatas pengetahuan atas sebuah fakta realitas sejarah yang telah berlalu. Jika kita berharap sesuatu yang lebih dari itu dan memberikan epek yang sedemikian luar biasanya seperti yang pernah terjadi pada waktu dahulu ketika bangsa ini melakukan sebuah perlawanan untuk mewujudkan kemerdekaan dan kedaulatan, maka hal demikian merupakan angan-angan dan harapan utopis belaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2009 Piush
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube