BREAKING

Senin, 09 Juli 2012

Ketokohan nasional sebagai bibit rasis primordial


Indonesia merupakan negara multi kultur yang paling besar di dunia, manusia yang unik dan berbeda lahir setiap hari dari bumi indonesia, mereka diikat oleh kebudayaan tampat mereka lahir masing-masing. Orang-orang itu yang nantinya akan tumbuh menjadi manusia dewasa, manusia indonesia yang tinggal dalam NKRI(Negara Kesatuan Republik Indonesia). Manusia yang bereksistensi dalam perjalanan panjang negara indonesia. Pasang surut kehidupan bermasyarakat dan bernegara  yang pasti akan mereka rasakan.
Kurang lebih 67 tahun indonesia telah merdeka, tumbuh sebagai negara seperti manusia yang tumbuh dari kecil menuju dewasa. Bagaimanapun indonesia tak dapat tumbuh menjadi negara yang dewasa  jika tidak di motori oleh orang-orangnya. Orang yang lahir di bumi indonesia.
Tokoh-tokoh nasional era pra-kemerdekaan maupun setelah kemerdekaan indonesia bukanlah berasal dari satu daerah secara parsial. Tapi mereka adalah orang-orang yang berasal dari seluruh wilayah indonesia, orang-orang yang berhasil menyatukan kepualuan ini dalam sebuah rekatan nusantara, NKRI.
Sebutlah orangnya Muhammad Hatta, Sutan Syahrir, Asa’ad, Muhammad Natsir, Buya Hamka, Daud Bierueh, Syafrudin Prawiranegara, Soekarno, dan banyak lagi yang penulis sendiri susah mengingatnya kembali.
Anggaplah mereka merupakan pejuang yang berasal dari berbagai wilayah di kepulauan nusantara ini, mereka bukanlah individu yang hidup sendiri, tapi mereka hidup di sekitar kawan-kawan merka yang disebut masyarakat primordial. Setiap opini yang dikeluarkan oleh masyarakat primordial tentulah tidak akan lepas dari konteks kehadiran perwakilan mereka yang menjadi representasi mereka pada kancah tokoh nasional kapanpun masanya. Setiap era yang dilalui masyarakat primordial akan selalu terkenang orang-orang besar yang pernah lahir dari wilayah mereka.
Seringkali masyarakat primordial ini tidak menyadari kehadiran perwakilan mereka itu merupakan upaya yang berkesadaran untume yk menghadirkan indonesia sebagai sebuah kesatuan yang utuh, kesatuan yang tidak dibatasi oleh primordialisme masing-masing wilayah.
Tindakan yang dihadirkan dari sikap ini seringkali salah kaprah, yaitu tindakan rasis primordialisme yang seolah merendahkan suku lain. Bagaimanapun tindakan ini dapat disebut sebuah sikap rasis, mencuat diantara nasionalisme yang masih bertahan dari serangan bibit-bibit rasisme yang mencoba perlahan menusuk dari belakang.
Masyarakat primordial seringkali tidak menyadari pentingnya nasionalisme dalam menjaga keutuhan negara kesatuan indonesia, mereka tidak menyadari kerja keras yang dilakukan oleh orang—orang terdahulu sejak sebelum kemerdekaan ataupun setelah kemerdekaan adalah untuk menyatukan dan menjaga kerja keras para pendahulu mereka. Menjaga keutuhan NKRI.
“apasih orang jawa itu? Apasih orang sunda itu? Kalo ga ada orang sunda ga bakalan ada negara indonesia ini....!, orang banten itu hebat, liat aja orang-orang nya!!” pernyataan-pernyataan rasis seperti diatas seringkali tidak kita sadari terlontar dari mulut individu indonesia, padahal mereka tidak sedikitpun mengetahui apa tujuan dari perjuangan pendahulu mereka tersebut. Orang-orang itu seringkali bodoh dalam menguliti keutuhan dan kesatuan indonesia ini sedikit demi sedikit, melalui sikap dan tindakan yang dapat disebut rasis primordialisme.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2009 Piush
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube