BREAKING

Minggu, 24 Juni 2012

Galau dan Revolusi Pemikiran


Galau dan Revolusi Pemikiran


Dalam hal ini. Penulis sekedar hanya ingin mengurai secara sederhana tentang  sabda galau, yang pada akhirnya berkesimpulan sementara bahwa antara “galau” dengan revolusi dunia pemikiran itu sangatlah erat kaitannya. Bahkan pada titik tertentu, ketika dalam kondisi galau, apapun yang sebelumnya tak tergambar dalam pikiran, maka sesuatu itu akan terwujud.
Galau sebagai  Kondisi Jiwa
Ada suatu masa di mana seorang individu mengalami suatu keaadaan yang di luar biasanya, yaitu dalam kondisi kegalauan. Galau dapat diartikan sebagai suatu keadaan goncangan jiwa yang terjadi secara alamiah yang diakibatkan oleh berbagai macam sebab yang menjadikannya hadir di dalam jiwa individu tersebut. Rasa tidak nyaman, gelisah,takut, pikiran jauh  melayang ke awang-awang mungkin itu merupakan sketsa sederhana orang yang sedang mengalami kondisi kegalauan. Alasannya pun bervareatif, entah itu disebabkan oleh cinta, rasa rindu, sedih, broken heart, broken home, jenuh dengan keadaan, ataupun ketidakpuasan atas penomena yang terjadi di dalam tatanan masyarakat.
Galau selalu berhubungan dengan wilayah perasaan seseorang yang sulit untuk diukur kadar kegalauannya. Perasaan terkadang sulit untuk dipahami dan sulit untuk dirasionalkan. Karena perasaan merupakan kecenderungan seseorang terhadap sesuatu. Rasa takut seseorang tidak bisa disamakan dengan satu ditambah satu. Bahkan perasaan tidak dapat secara utuh terwakilkan oleh kata-kata,
Sulit dipungkiri memang, bahwa secara umun, kegalauan merupakan suatu kondisi yang sangat tidak nyaman untuk disinggahi. Akan tetapi ada sebagian orang yang merasa nyaman berada dalam fase kegalauan bahkan sampai mempertahankannya.
Berfikir sebagai Identitas
Manusia didefinisikan sebagai hewan yang berfikir. Berfikirlah yang menyebabkan mengapa manusia dibedakan dengan jenis hewan yang lainnya. pikiran merupakan hal yang bersifat potensial sekaligus aktual yang ada bagi manusia. Berfikir merupakan suatu aktivitas manusia dalam memikirkan sesuatu hal yang bersifat objektif. Di satu sisi, pikiran manusia menempati posisi sebagai subjek, karena ia memfungsikan diri sebagai pelaku atas segala sesuatu. Dan di sisi lainnya, pikiran manusia diposisikan sebagai objek sekaligus subjek dalam waktu bersamaan karena ia menjadi objek berfikir.
Manusia berfikir adalah manusia yang mengarahkan (intensionalitas) pikirannya terhadap objek yang ada dihadapannya. Hubungan antara pikiran (subjek) dengan suatu benda (objek) akan menghasilkan suatu pengetahuan (episteme). Berfikir berarti adanya sutu hubungan yang kuat antara manusia sebagai subjek, benda sebagai objek dan pikiran sebagi hasil. Pada dasarnya, semua apa yang masuk ke dalam pikiran manusia itu masuk begitu saja dan berceceran, sama halnya dengan seseorang yang memasukan semua jenis buku ke dalam perpustakaan tanpa membereskan dan mengklasifikasinya. Kemudian, kehebatan pikiran kita adalah semua yang berserakan tadi dapat disusun dan diklasifikasikan secara automatis.
Dari Galau ke Revolusi Pemikiran
Yang menarik adalah ketika penulis melihat ada suatu yang berbeda atas fenomena galau yang terjadi pada manusia-manusia tertentu. Ketika dalam keadaan galau, mereka mampu untuk melakukan sebuah revolusi pemikiran terhadap masalah yang sedang mereka hadapi. Berawal dari melihat situasi dan kondisi keadaan sekitar, melahirkan sebuah ide dan gagasan cemerlang yang merupakan sebuah produk pikiran yang sebelumnya tidak terfikirkan.
Bagi seseorang yang mampu untuk mengoftimalisasikan potensi kegalauan terhadap dunia pemikiran secara positif, mereka akan mampu untuk menghasilkan suatu gagasan atau ide cemerlang dari apa yang ia pikirkan atas fenomena objektif yang sedang ia hadapi. Biasanya, dalam kondisi galau-lah seorang individu mampu untuk berfikir melampaui. Ada banyak gambaran-gambaran (imajinasi) yang bermunculan di dalam pikiran ketika seseorang itu sedang dalam keadaan galau. Dan hanya orang-orang yang dikaruniai kemampuan yang lebih ketika ia mampu untuk mengsistematisasikan semua daya pikiran tadi kepada wilayah yang real .
Dalam cerita para Nabi di dalam agama Islam, ada beberapa study kasus yang dapat dijadikan sebuah contoh bagaimana galaunya seseorang dapat bertrasformasi terhadap pola pemikiran mereka, dan hasilnya sangat mengagumkan. Seperti kegalauan Musa terhadap fenomena perbudakan Mesir kuno menghasilkan revolusi pembebasan kelas budak. kegalauan Ibrahim atas pencariannya terhadap Sang Kebenaran, menghasilkan Revolusi Kepercayaan dan Aqidah. kegalauan Muhammad atas fenomena kejahiliyahan bangsa Arab Quraisy, berujung pada revolusi sistem aqidah dan sosial Arab.
Semakin tinggi tingkat dan potensi kegalauan seseorang, maka akan semakin kuat pula daya imajinasi yang dihasilkan oleh pikiran.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2009 Piush
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube