BREAKING

Senin, 06 Januari 2014

HMI SEKARANG PENENTU TAKDIR MASA DEPAN INDONESIA; SEBUAH CATATAN KRITIS

HMI SEKARANG PENENTU TAKDIR MASA DEPAN INDONESIA;
SEBUAH CATATAN KRITIS
Oleh: Dani Ramdhany*
Rasanya tidak terlalu berlebihan jika seandainya penulis berasumsi bahwa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan realitas kecil dari negara-bangsa Indonesia. Turunan dari asumsi tersebut adalah jika seandainya HMI selamat maka selamatlah Indonesia, dan jika HMI bermasalah maka bermasalah pula Indonesia, dan seterusnya.
Kenyataan di lapangan HMI telah membuktikan bahwa ia telah mampu memberikan kontribusi besar dalam perjalanan Indonesia dari sejak awal kemerdekan sampai kini di era Reformasi. Para anggota-kader HMI di awal kemerdekaan mengangkat senjata untuk mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, menjungjung tinggi harkat dan martabat umat muslim dengan cara menanamkan nilai-nilai keislaman serta  ikut serta dalam menumpas paham komunisme yang dibawa oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Di samping itu, para anggota-kader telah mampu memasuki berbagai elemen kemasyarakatan dari wilayah pendidikan, agama, sosial budaya,  dan pemerintahan baik itu legislatif, yudikatif, eksekutif serta berbagai lembaga kenegaraan lainnya.
Kenyataan tersebutlah yang mengindiksikan bahwa HMI dan Indonesia merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan.
Pada saat ini, negara-bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai tantangan sosial kemasyarakatan yang selayaknya membutuhkan solusi kongkrit. Masalah sosial budaya yang berakar dari keberagaman suku, bahasa, primordial, dan agama menjadi isu-isu menarik yang mengancam keutuhan dan integritas bangsa. Prilaku ekonomi dan politik berlangsung dengan berbagai macam praktek korupsi, kolusi dan nepotisme yang demikian itu sama sekali tidak berpihak kepada masyarakat banyak. Penegakan hukum  tidak lagi terasa dan ini bertentangan dengan prinsip keadilan dan persamaan hak bagi setiap warga Negara di hadapan hukum.
Berbagai masalah tersebut sudah menjadi keniscayaan bagi HMI untuk mampu menjawabnya dengan cara memberikan kontribusi pemikiran dan solusi cerdas demi terwujudnya tatanam masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
Budaya Konflik
Banyak yang mengatakan bahwa konflik merupakan dinamika organisasi. Sepintas pernyataan tersebut benar, bahwa tanpa adanya konflik, organisasi menjadi banal, jumud, stagnan, garing dan tidak berwarna. Tanpa adanya konflik seolah organisasi tidak berkembang dan bersifat statis. Sehingga pada akhirnya konflik merupakan suatu keharusan bagi eksistensi dan keberlangsungan organisasi. Sekalipun suasana organisasi terasa “adem-ayem”, maka konflik haruslah diciptakan dengan cara direkayasa.
Akan tetapi yang harus ditekankan oleh kita adalah konflik yang terjadi itu seperti apa dan akan berdampak apa. Apakan konflik yang menyehatkan atau bahkan akan merusak organisme organisasi. Terkadang kita tidak pernah peka dan tidak mempertimbangkan dampak dari konflik yang terjadi, baik yang natural maupun yang direkayasa.
Fakta di lapangan bahwa banyak sekali konflik internal organisasi yang mengakibatkan kekacauan dan pertikaian di antara anggota-kader yang terjadi terus menerus dan tidak berkesudahan. Sehingga pada akhirnya peranan HMI sebagai organisasi perjuangan tidak optimal diimplementasikan dalam masyarakat luas. Anggota-kader lebih disibukan dengan berbagai politik, strategi dan taktik bagaimana ia mampu untuk menyerang lawan politiknya.
Lama-kelamaan kondisi seperti itu akan menjadi sebuah tradisi yang bertahan lama. Konflik tidak sehat yang ditradisikan menjadi sebuah budaya yang menjadi identitas khas yang melekat di tubuh HMI. Citra di luar adalah HMI penuh dengan konflik internal yang tidak pernah terselesaikan.
Jika sekiranya para anggota-kader yang memiliki pahaman akan budaya konflik mengisi setiap pranata sosial, merekalah yang menjadi penentu nasib pranata sosial kemasyarakatan tersebut. Maka sudah bisa dipastikan bahwa masa depan Indonesia akan penuh dengan konflik-konflik yang seharusnya tidak terjadi.
Karakter Sebagai Indikator
Karakter setiap anggota-kader akan membentuk karakter organisasi dan karakter organisasi akan mengkonstruk karakter negara-bangsa Indonesia. Karakter akan menjadi indikator bagi setiap langkah dan prilaku kita. Karakter yang baik akan menghasilkan tindakan yang baik, begitupun sebaliknya.
Karakter HMI yang independen seharusnya menjadi modal awal bagi setiap perjuangan yang diusahakan. Ke-independen-an HMI seolah menjadi konsep kosong tanpa arti yang berlalu begitu saja bagai angin yang berhembus meninggalkan kita. Idealnya, jika HMI telah mampu menerapkan karakter ke-independen-an dalam  kehidupan, sudah selayaknya Indonesia akan Merdeka dalam berbagai aspek, baik dalam social budaya, politik dan ekonomi.
Saatnya Berbenah Diri
Maka sekarang sudah menjadi kepantasan bagi HMI untuk mulai berbenah diri dalam berbagai aspek kehidupan. Merubah paradigma bahwa HMI cenderung “pragmatis” menjadi organisasi yang “idealis”, menghindarkan diri dari berbagai konflik yang menimbulkan pertikaian, menghijrahkan diri dari kebanalan kepada produktifitas pemikiran dan karya, menegakan konstitusi di setiap langkah perjuangan organisasi, kembali lagi kepada khittah perjuangan bahwa HMI harus menegakan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan, serta HMI harus fokus pada tujuan bersama bukan tujuan individual.
HMI Harapan Indonesia
HMI adalah hulu sedangkan Indonesia adalah hilir. Nasib hilir akan ditentukan oleh hulunya, jadi nasib Indonesia tentunya tergantung dari sejauh mana HMI mampu untuk mencerminkan nilai-nilai idealnya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketika HMI telah mampu untuk mengimplementasikan tujuan utamanya yaitu menciptakan suatu tatanan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Swt, maka konsuekwensi logisnya bagi negara-bangsa Indonesia adalah terwujudnya amanah konstitusi poin kelima, yaitu keadilan social bagi seluruh rakyat Indosesia.
Wallahu a`lam


*Penulis adalah kader HMI Cabang Ciputat, Ketua Umum HMI Komisariat Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Cabang Ciputat Periode 2012-2013 M.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2009 Piush
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube