BREAKING

Jumat, 27 Desember 2013

Konsep cinta dalam perspektif Matrealisme, Dialektis

Konsep cinta dalam perspektif Matrealisme, Dialektis
Oleh: Marx_Goler
@DheniGholler

   A.    Pendahuluan
Matrealisme dialektis, matrealisme historis, maupun matrealisme dialektika historis  merupakan gagasanbesar karl marx. Di kalangan civitas akademika nama marx saya kira sudah tidak asing lagi, karl marx yang muncul pada abad ke 19 merupakan seorang filosof, ekonom dan juga sosiolog, gagasan-gagasannya sangatlah banyak di adopsi oleh berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Dalam disiplin ilmu ekonomi misalnya karl mark berbicara mengenai pertentangan kelas, antara kaum borjuis, feodal, dan ploletar yang memang ketiga kategori ini memiliki kadar yang berbeda.
Begitupun dalam disiplin ilmu filsafat karl marx menganut aliran matrealisme yang memang menjadikan materi sebagai landasan utama jika dalam filsafat ini di kategorikan empirisme, dalam disiplin ilmu sosiologi marx berbicara mengenai perbedaan antar kelas yang nantinya menjadi sebuah pertentangan kelas dan dari pertentangan kelas ini berakhir pada Revolusi.
Namun dari ketiga disiplin ilmu itu semuanya berawal dari pemikirannya mengenai Matrealisme, Dialektika, Historis. Meskipun gagasan marx ini sangatlah brilian baik mengenai Revolusi tetapi marx sendiri hanyalah konseptor. Justru yang menjalankan adalah Vladimier Ilyic Uliyanov yang akrab di sapa lenin yang pada akhirnya buah pemikiran marx pun dapat membumi.

B.     Pembahasan
            Dalam aliran filsafat terdapat dua kubu besar yaitu: idealisme dan matrealisme, kedua kubu ini memiliki akar yang ajeg dan dalam tradisi filsafat di jadikan sebagai ideologi yang di bumikan. Plato dan Hegel misalnya yang memang keduanya ini di juluki sebagai bapak filsafat yang beraliran idealisme telah mempengaruhi banyak orang, tak kalah hebatnya dengan kalr marx, dan lenin yang sama-sama menjungjung tinggi paham filsafat yang bercorak matrealisme yang sempat mendapatkan masa keemasannya di era abad ke 20 dengan terbentuknya.

negara unisoviet yang memiliki sistem komunisme meskipun demikian dalam hal ini karl marx tidak bisa di kategorikan sebagai marxisme maupun berideologi komunis, dan seandainya kal marx masih hidup saat ini mungkin dia akan marah dan akan membanting meja ketika dia di katakan seorang komunis ataupun marxis, karl marx sendiri adalah orang yang memiliki ideologi sosialisme ilmiah, adapun yang menjadikannya sebagai ideologi komunis adalah Vladimier Ilyic Uliyanov yang di sapa lenin. Dan itupun berangkat dari landasan pemikiran kalr marx (Matrealisme, Dialektika, Historis) yang di tafsirkan ulang oleh bung lenin sendiri.
Dalam hal ini saya tidak akan berbicara panjang lebar mengenai perjalanan dialektika pemikiran matrealisme dialektika Histori karl marx dengan lenin. Karena pembicaraan ini bukan pada wilayah itu tetapi pada wilayah “cinta” dalam konsep Matrealisme, Dialektisnya.
a.      Konsepidealisme
Filsafat yang beraliran idealisme pada dasarnya berangkat dari kesadaran/ rasionalitas yang menjadikan sebuah materi, hingga dari kesadaranlah suatu materi itu terjadi. Dalam aliran idealisme rasionalitas yang di nomor satukan bukan materi, karena terbentuknya suatu materi merupakan hasil dari rasionalitas yang terus berdialektika misalnya: rasa cinta seseorang dapat di ukur dengan sifat kemanusiaannya, rasa cinta itu ada sebelum manusia terlahir kedunia sebagaimana halnya Plato membagi dua realitas yaitu: realitas idea dengan realitas materi bagi plato yang abadi adalah realitas idea bukan realitas materi, kemudian Hegel menyempurnakan idea menjadi sebuah kekuatan atau dasar bagi terciptanya sesuatu sebagai keabsoutan. Sehingga rasa cinta merupakan suatu kesadaran manusia sebelum materi itu ada.
Ada sebuah kisah tentang seorang laki-laki yang jatuh cinta kepada seorang wanita, yang wajahnya cantik, imut, senyumannya manis, suaranya bagaikan permata yang menghiasi mahkota, berjalanlah wanita itu dari arah aic ke kohati dengan langkah yang kalem.
Kemudian laki-laki itu berjalan dari arah timur dengan langkah yang serudukan memegang sebatang roko sambil di hisap berambut gondrong, dekil dan celana bolong di dengkul.
Wanita itu pun melemparkan senyuman manisnya kepada laki-laki yang dekil, gondng itu,
Begitupu dengan laki-laki itu yang senyum dengan wajah malu-malu kucing, semakin mendekat, mendekat, dan mendekat hingga pada akhirnya suara sapaan pun berbunyi.
Wanita : abang dari mana ?
Laki2: dari kampus. Kamu dari mana ? dan wanita itu menjawab dengan nada yang lembut
Wanita: aku dari cabang bang, abis diskusi kesetaraan gender sambil ketemu abang aku di cabang,
Laki2: oh, mantaplah, bagus itu, emang abang kamu orang cabang yahh,,
Obrolan pun semakin memanjang. Hingga pada akhirnya obrolanpun terhenti oleh waktu, yang kurang bersahabat,,
Laki2: iya udah abang pulang dulu ea soalnya abang di tungguin senior abang di markas,,
Wanita: ohhh iya bang hati-hati yaa bang, dan wanita itu pun masuk dan menutup pintu kostannya dengan perlahan,,,,
Laki2” itu pun pergi ke markas,, dengan wajah tersenyum dan hati yang berbunga2 meskipun belum bertemu dengan sesuap nasi dari kemarin.
Dari kisah tadi dapat kita ambil mengenai kesadaran yang membentuk materi yaitu: kata manis, cantik, imut, dan sebagainya itu hadir dari realitas idea bukan materi karena yang membentuk realitas cantik, manis, imut dan lain-lain itu adalah kesadaran bukan materi. Kenapa demikian karena cantik, manis, imut itu memiliki realitas yang absolut (Hegel) atau realitas abadi (plato), yaitu: ke cantik an, ke manis an, ke imut an dll.
Maka rasa “cinta” dalam pemikiran filsafat aliran ini berasal dari kesadaran manusia yang membentuk realitas materi itu. (wujud wanita).
b.      Konsepmatrealisme
Berbeda halnya dalam pemahaman filsafat yang beraliran matrealisme, aliran ini menganggap bahwa segala realitas yang nyata ini adalah materi. Maka paham ini menolak bahkan membantah habis-habisan paham idealisme, yang engatakan “ realitas yang nyata adalah kesadaran/ idea” bagi aliran matrealisme bukan “kesadaran manusia yang menciptakan realitas tetapi materi lah yang membentuk kesadaran manusia. Aliran matrealisme menjadikan “materi” sebagai ukuran nomor satu setelah kesadaran. Dan dialektika pemikiran kedua filosof ini bagi Marx Goler sah-sah saja karena keduanya memiliki argumentasi yang cukup kuat.
Pemahaman karl mark mengenai realitas yang nyata adalah materi sebenarnya berangkat dari konsep dialektika yang di ucapka oleh hegel yaitu triadik: tesis, sintesis, dan antitesis. Namun marx mengubah itu dalam kategori materi tetapi menggunakan konsep yang sama yaitu konsep dialektika (triadik): tesis, sintesis, dan antitesis. “materi selalu memiliki sifat gerak, gerak itu sendiri terwujud karena hukum dialektika, begitupun dialektika bergerak karena di dalamnya mengalami kontradiksi-kontradiksi, kontradiksi-kontradiksi itu merupakan dari pengembangan dialektika” dalam pemaham ini dapat kita ambil contoh misalnya: wanita-wanita yang ada di fakultas Adab&Humaniora itu cantik-cantik (tesis) wanita-wanita yang tinggal di kohati itu yang lebih cantik (antitesis) setiap wanita itu baik di fakultas adab maupun di kohati itu cantik (sintesis).
Bagi aliran ini bahasa cantik itu merupakan pengembangan dari materi. Kita dapat mengatakan wanita itu lebih cantik dari pada wanita-wanita lainnya, itu karena pengindraan kita mengenai cantik itu sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering di benturkan dengan realitas yang memang bersifat relatif, kita dapat mengatakan wanita (B) itu cantik, kita dapat mengucapkan kata cantik kepada wanita (C-K) itu cantik, bahkan kita dapat mengatakan wanita (L#) itu lebih cantik dari pada wanita (B) dan (C-K) itu karena pengembangan dari materi artinya pengindraan kita terhadap wanita-wanita cantik yang pernah kita temui.
Begitupun dalam hal “cinta” tidak salah ketika orang mengatakan bahwa cinta itu anugrah, musibah, ataupun wabah, pengandaian seperti itu merupakan pengembangan dari materi yang di hasilkan oleh dialektika yang memiliki konsep triadik tadi yang sudah saya jelaskan tadi.

Bagi Orang yang di tolak cintanya mengatakan bahwasannya “cinta” itu adalah wabah, bagi orang yang tidak kesampaian cintanya karena sang wanitanya mendua dengan yang lain itu musibah, begitupun dengan orang yang di terima cintanya itu anugrah.
Nah pengandaian yang seperti itu merupakan pengembangan dari materi dan itu di hasilkan dari proses dialektika tadi dengan menghadirkan tesis, antitesis, dan sintesis.  Dari mana cinta rasa cinta itu muncul ? kesadaran ataukan materi ? bagi saya itu muncul karena realitas material.
Rasa cinta tidak akan muncul jika seandainya wanita itu tidak ada, rasa cinta itu akan muncul ketika kita melihat wanita yang kita sukai dan itu sesuai dengan keinginan kita sendiri. Tentunya munculnya itu karena pengindraan kita kepada materi (wanita) sehingga kesadaran kita pun terkonstruk oleh materi yang kita indra yang di hasilkan oleh dialektika. Kita merasa tidak cocok dengan (B-k) kemudian kita merasa cocok dengan(L#) kecocokan itu di hasilkan dari dialektika yang berpusat pada materi.

Tulisan ini saya persembahkan untuk yang ada di sana dan senior saya yang paling saya kagumi, yang mendidik saya, dan mendorong saya agar suka membaca, diskusi, dan bertempur di dunia pena (tulisan).

Dan untuk orang-orang yang sedang bingung, melayang-layang seperti orang yang ingin mati hari ini. Jika memang tulisan ini menghasilkan kontroversi maka saya sangat senang dengan pembantahan atau kritikan lewat buah pemikiran dan tertuang dalam pertempuran pena (tulisan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2009 Piush
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube