BREAKING

Jumat, 13 Juli 2012

Catatan I : Pengalaman Satu, Awal Masalah


Catatan I : Pengalaman Satu, Awal Masalah
Senin, 2 Juli 2012. Kesan pertama ketika tiba di desa Warung menteng terasa biasa saja. Tidak ada hal yang menarik dan istimewa yang saya—dan mungkin sebagian atau semua kawan-kawan-- rasakan. Hanya rasa capek dan lapar, karena mungkin saya telah menempuh perjalanan yang lumayan cukup jauh, yaitu Ciputat-Cijeruk perbatasan Bogor-Sukabumi, yang entah berapa kilometer jarak pastinya dalam hitungan matematis. ditambah rasa ngantuk karena malam sebelum pemberangkatan ada acara nonton bareng final pertandingan sepak bola antara Italia Vs Spanyol, team yang saya jagokan mengalami kekalahan 4-0. Sungguh hasil yang mengecewakan. Dan memang benar, saya kecewa dengan hasil pertandingan tersebut, bukan karena kekalahannya, tapi pola pertandingan yang dibangun oleh team Italia sangat jauh dengan pola yang dibangun oleh team Spanyol. Dan saya akui bahwa Spanyol memang layak menjadi sang Juara di daratan benua biru, Eropa. Sungguh sikap yang yang objektif dan bijaksana kan?
Balik lagi ke konteks Warung menteng, tempat saya dan kawan-kawan mengadakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Tapi saya baru bertanya, kenapa harus ada kakaen? Saya berfikir mungkin selama ini sekitar 6 semester para mahasiswa kuliah itu tidak nyata, mengawang-ngawang, abstrak dan mungkin berhalusinasi. Tapi entahlah apa alasannya, yang penting kita balik lagi ke konteks warung menteng di mana ada suatu hal yang menurut saya agak ganjil. Kenapa harus ganjil, tidak genap? Ya, nanti kita jawab pertanyaan itu dikesempatan yang lain. Yang penting kita balik lagi ke konteks Warung menteng yang tidak melakukan penyambutan kepada saya dan kawan-kawan, seperti apa yang dilakukan oleh warga Bandung ketika Surya Paloh—penggagas ormas dan  partai Nasdem—melakukan sebuah ritual penyambutan yang sangat meriah dan wah. Kok jadi membahas Surya paloh dan Nasdem?
Au ah Gelap. . . .
Sementara sebagian kawan-kawan ada yang lagi pada asyik ngobrol sambil nyantai—ngopi, ngerokok, makan-makan cemilan—dan ada sebagian yang beres-beres barabg-barang bawaan, saya melihat ada seorang orang tua mungkin sangka saya, akan mendapatkan informasi mengenai keadaan desa Warung Menteng ini. saya menghampiri orang tua itu, yang sedang duduk sambil ditemani segelas kopi hitam dan tentunya dia sambil menghisap sebatang rokok, meski saya tidak melihat secara langsung merk rokok yang dia hisap, tapi saya tahu dan `ainul-yaqin betul kalau rokok yang dia hisap adalah rokok djarum coklat, karena baunya sangat khas dan gak enak. Sebuah fenomena sekaligus ciri khas orang tua desa.
Kemudian. Saya dan orang tua tersebut  berbincan-bincang. orang tua tersebut langsung bercerita mengenai peta keadaan yang sedang terjadi di masyarakat desa tersebut. Ia mengemukakan bahwa dia mempunyai posisi yang sangat stategis dan berpengaruh di desa itu. Bisa dikatakan bahwa dia adalah termasuk salah satu sesepuh desa. Katanya, di desa ini sedang ada satu masalah tentang pembangunan mesjid. Ada perselisihan pendapat dan keinginan dari ara warga mengenai sesuatu hal yang tidak disebutkan apa masalah tersebut. Tapi yang pastinya, kata orang tua tersebut ketua pembangunan Mesjid itu menemuinya lantas meminta pendapat kepadanya mengenai apa yang harus ia lakukan ketika menghadapi masalah itu. Dan lanjut ia mengatakan bahwa pada akhirnya setelah ketua pembangunan mesjid itu mendapatkan dan melaksanakan saran dari orang tua tersebut, pembangunan mesjid pun dilanjutkan dan segera akan selesai.
Pada akhirnya untuk informasi dari orang tua itu saya untuk sementara mengambil sebuah kesimpulan bahwa saya harus percaya tak percaya tentang apa yang dikemukakan dan dinyatakan oleh orang tua itu, karena asumsi saya bahwa saya dengan orang tua itu baru pertama kali bertemu. Karena menurut ilmu yang saya temukan menyebutkan bahwa suatu pernyataan haruslah diuji kebenarannya dengan cara memverifikasi dan membandingkan (coverasi) dengan data dan fakta yang lainnya. Supaya kebenaran yang dihasilkan tidak bersifat satu arah atau satu pintu.
Tapi setidaknya, itu sebagai langkah awal atau pintu gerbang bagi saya dan kawan-kawan yang lain pada umumnya untuk mengetahui tentang sesuatu yang belum kami ketahui, apalagi sekarang kami lagi singgah di kampung orang lain.
Meski di hari pertama terasa biasa aja, tapi ya itulah fenomena yang apa adanya. Meski hari ini tidak ada yang menarik, tapi yang membuat saya menarika adalah hari esok yang masih menjadi sebuah misteri yang tidak bisa saya ketahui pada saat ini. Tapi untungnya saya sadar bahwa segala sesuatu pasti akan terjadi di luar rencana.

Dipengasingan , 3.31 AM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2009 Piush
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube