BREAKING

Rabu, 05 Juni 2013

KEBENARAN RELATIF DAN ABSOLUT DALAM PERSPEKTIF MITOS DAN LOGOS



KEBENARAN RELATIF DAN ABSOLUT DALAM PERSPEKTIF MITOS DAN LOGOS
Oleh: Ihya Ulumuddin

“Mitos itu adalah kebenaran yang absolut, karna mitos itu berasal dari nenek moyang kita yang sudah lama mengetahui realitas yang ada”, ujar teman saya yang memang hanya mengikuti doktrin-doktrin dogmatis.
Sangat bertolak belakang sekali pada saat kita memikirkan secara logis tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan mitos itu sendiri, mungkin secara empirik nenek moyang mereka memang mengalami realitas itu dan menganggapnya sebagai sebuah kebenara tanpa ada bukti yang rasional dari ajaranya atau kitab sucinya bahkan hal seperti ini mereka anggap sebagai ajaran aqidahnya yang tidak boleh digugat dan dipertanyakan lagi, seperti yang telah terjadi di ruang lingkup masyarakat awam, ada seorang ibu yang baru saja membelikan motor baru untuk anaknya dan si ibu itu menyuruh anaknya untuk menyeborkan air yang sudah diberi do’a terlebih dahulu ke motor itu. Ini adalah sebagian contoh kecil dari semua mitos-mitos yang ada.
Memang sangat sukar sekali jika kebenaran itu kita analisa secara logis karna di satu sisi kebanyakan orang menganggap bahwa kebenaran yang paling benar itu terdapat dari nenek moyang mereka dan di sisi lain minoritas sekali orang yang menganggap masalah ini bukanlah masalah yang sangat serius dan tidak mau memprioritaskanya, padahal problem inilah yang hendak memporak porandakan aqidah kita.
Jika dilihat dari sejarahnya, mitos timbul dari bangsa mesopotamia kuno yang pada saat itu masyarakat setempatnya belum mampu untuk berfikir secara logis dan mereka hanya mengikuti jejak nenek moyangnya, bahkan di dalam masalah teologisnya seperti timbulnya dewa-dewa dikarnakan masyarakat mesopotamia pada waktu itu rindu akan satu zat yang tidak bisa di jangkau oleh nalar. pada awalnya mereka hanya mempergunakan pengetahuan hanya sebatas pengetahuan empirik saja segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini mereka jadikan sebuah pengetahuan tanpa dilandasi dengan rasio sehingga segala keterjadian di alam semesta ini mereka jadikan sebagai sebuahpengetahuan yang absolut.
Dan setelah itu datanglah para pemikir-pemikir sekaligus pendobrak gerbang mitologi terutama dari bangsa yunani kuno yang pemikiranya ditujukan pada alam semesta ini kosmologi. Menurut mereka alam semesta ini bukanlah semata-mata hanya produk distribusi dari para dewa seperti yang di asumsikan oleh orang-orang mesopotamia tadi, melainkan di situ ada unsur saintis. seperti yang kita ketahui seorang thales dari miletos yang mencetuskan argumenya yang pertama berdasarkan akal budi bahwa alam semesta ini berasal dari yang satu, yaitu unsur air. dan diteruskan oleh muridnya yaitu anaximandros yang berpendapat bahwa alam semesta ini terbuat dari sesuatu yang tak berhingga dan tidak berkeputusan, sesuatu yang satu dan menurutnya itu bukan air. Yang asal itu yang menjadi dasar alam dinamai oleh anaximandros “Apeiron”. Apeiron itu tidak dapat dirupakan, tak ada persamaanya dengan salah satu barang yang kelihatan di dunia ini. Dan ada yang terakhir dari filosof kosmos sekaligus penutup dari filsafat ini karena pada tahun 494 s.M. kota miletos diserang dan ditaklukan oleh persia dan di situ banyak sekali para pemikir-pemikir filosofi alam yang meninggal bahkan nyaris tidak ada lagi, dan yang menjadi murid dari anaximandros, yaitu anaximenes. Dikarenakan anaximenes ini adalah murid dari anaximandros. Sebab itu tak heran, jika pandangan-pandanganya tentang alam ini tidak jauh beda dengan gurunya. Juga ia mengajarkan bahwa, yang asal itu satu dan tidak berhingga barang yang asal itu tidak ada persamaanya dengan barang yang lahir dan tidak dapat diserupakanya. Baginya yang asal itu mestilahsatu dari pada yang adadan yang tampak. Barang yag asal itu ialah udara. Udara itulah yang satu dan tak berhingga.
Dari statmen di atas bisa disimpulkan bahwa keterbukanya gerbang pemikiran-pemikiran rasional selama beberapa abad tergelapkan dengan tradisi sakralisme dengan menjadikan logika sebagai landasan hidup. Adapun tentang kebenaran itu sendiri, apakah kebenaran itu berpihak pada mitos ataukah berpihak pada logos?, kalau kita analisa kebenaran itu relatif menurut penginterpretasian masing-masing, akan tetapi terdapat satu kebenaran yang absolut dan tidak bisa di ganggu gugat, yaitu suatu zat yang biasa kita namakan tuhan. Sungguhpun para penganut relatifis mengaggap semua kebenara itu relatif, tapi merekapun meyakini akan kebenaran tuhan itu, begitu juga halnya para ateis, seperti karl marx, nitszhe dan dibawahnya, mengaggap tuhan itu sudah mati, atau tuhan itu tidak ada, tapi yang di maksud seorang nitszhe dengan argumenya “tuhan itu sudah mati” menafikan tuhan/metafisik dalam ranah pemikiran filsafat, begitupun karl marx, yang menganggap tuhan tidak ada, maksudnya jangan memasukan tuhan dalam ranah perpolitikan pemerintah dan kesosialan.
Ciputat, 05 juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2009 Piush
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube