BREAKING

Selasa, 09 Oktober 2012

Filsafat Atomisme Logis: Ludwig Wittgenstein


Filsafat Atomisme Logis: Ludwig Wittgenstein
Twitter: @Ramdhany12
Tractatus: Suatu Pemikiran Filosofis
Ø  Dunia itu tidak terbagi atas benda-benda melainkan atas fakta-fakta yang pada akhirnya menjadi sekumpulan fakta-fakta atomis.
Ø  Setiap proposisi itu pada akhirnya melarut diri melalui analisis, menjadi suatu fungsi kebenaran yang tertentu, yang secara unik dari sebuah proposisi elementer, yaitu setiap proposisi hanya mempunyai satu analisis akhir.
Yang dimaksud dengan fakta adalah suatu peristiwa (state of affairs). Peristiwa adalah kombinasi dari benda-benda atau objek-objek bagaimana hal yang demikian itu berada di dunia.
Logika Bahasa
Di dalam karyanya (Tractatus), filsafat bertujuan untuk mendapatkan penjelasan logis dari pikiran. Tugas utama filsafat adalah memberikan suatu analisis logis dengan disertai oleh sintesa logis. Filsafat tidak menghasilkan keterangan-keterangan yang bersipat falsafi, akan tetapi lebih cenderung kepada penjelasan-penjelasan tentang proposisi. Tanpa filsafat, pikiran itu akan mengawang-ngawang bagaikan serat-serat kapas yang tertiup angin  kencang di tengah padang sahara.
Bagi Wittgenstein, proposisi dan permasalahan yang terdapat dalam filsafat tidak bernilai salah, melainkan tidak terpahami. Persoalan dan proposisi yang diajukan para filsuf terdahulu itu tidak terfahami karena mereka tidak mengerti bahasa logika. Kita tidak dapat memikirkan sesuatu yang tidak logic, karena hal itu akan membuat kita berfikir tidak logis.
Suatu logika bahasa yang sempurna mengandung aturan tertentu sehingga dapat menghindari ungkapan yang tidak bermakna, dan hanya memiliki symbol tunggal yang selalu memiliki makna tertentu dan terbatas (Wittgensten, 1963: 33-34).

Struktur Logika Bahasa
Sebuah gambaran logis dari suatu penomena kenyataan adalah sebuah pikiran. Di dalam sebuah proposes, sebuah pikiran mendapatkan sebuah ungkapan yang dapat diamati oleh indra kita. Di dalam sebuah proposisi, sebuah pikiran dapat diungkapkan sedemikian rupa sehingga unsure-unsur dari tanda proposisi berkesesuaian dengan objek pikiran.
Sebuah proposisi hanya memiliki satu analisis yang lengkap. Dan proposisi yang memiliki makna adalah proposisi yang berhubungan dengan sebuah nama, dan nama itu memliki makna apabila dalam hubungannya dengan sebuah proposisi.. maka dari itu, sebuah pikiran adalah sebuah proposisi yang bermakna. Dan dari apa yang terjumlah dari berbagai proposisi adalah bahasa. Sebuah proposisi itu adalah suatu gambaran realitas (kenyataan objektif).
Picture Theory
Pemikiran Wittgenstein dalam mengungkapkan realitas dunia terumuskan dalam suatu proposisi-proposisi sehingga dengan demikian terdapat suatu kesesuaian logis antara struktur bahasa dengan struktur realitas. Proposisi itu terungkapkan melalui bahasa, sehingga bahasa pada hakikatnya merupakan suatu gambaran dunia.
Konsep W tentang teori gambar menjelaskan tentang hubungan antara proposisi yang diungkapkan melalui bahasa dengan realitas keberadaan suatu peristiwa. Selanjutnya akan Nampak suatu pandangan tentang suatu realitas fakta dengan unsure metafisik yang hal itu ditolak olehnya.
Terdapat dua unsure utama mengenai teori gambar ini, pertama bahwa proposisi merupakan sebuah alat dalam bahasa filsafat. Kedua, fakta merupakan sesuatu yang berkaitan dengan realitas. Jenis proposisi yang paling sederhana disebut elementer yang menjelaskan suatu bentuk keberadaan suatu peristiwa atas objek-objek.  Unsure-unsur gambar adalah sarana dalam bahasa.
Proposisi merupakan suatu gambaran keberadaan suatu peristiwa. Keberadaan peristiwa itu tidak dapat dinilai benar ataupun salah. Sedangkan proposisi sebagai sarana bahasa yang merupakan suatu ungkapan menghadirkan peristiwa realitas yang dapat dinilai benar ataupun salah.

Word Types
Problem filsafat terdahulu adalah adanya campur-aduk dalam penggunaan bahasa, yaitu antara ungkapan yang mengandung konsep nyata (proper concept) dengan konsep formal (formal concept). Struktur bahasa yang bermuatan konsep formal dipaksakan untuk masuk ke dalam pengertian bahasa konsep nyata.
Konsep nyata adalah sebuah tipe yang termasuk memiliki acuan kongkrit. Seperti contoh meja, spidol, gelas, bangku, kursi, domba dan sebagainya. Sedangkan konsep formal adalah tipe kata yang mengacu kepada suatu konsep yang bersipat formal yang harus diisi oleh konsep nyata. Seperti adalah, objek, sesuatu, arti, nama, alamat, makna dan lain sebagainya.
Konsep formal tidak sama dengan konsep nyata, yang hadir  melalui suatu fungsi yang dimilikinya. Keduanya memiliki cirri yang berbeda. Sebab, sifat-sifat formal tidak dapat menghadirkan fungsinya secara jelas, ia hanya dapat diungkapkan dalam suatu bentuk simbol yang bersipat pasti (Wittgenstein, 1969: 162).  
Metafisika: Batas Filsafat
Ø  Subjek, Karena bahasa merupakan gambaran dunia, subjek yang menggunakan bahasa tidak termasuk dunia. Sebagaimana mata yang tidak bisa mengarahkan kepada dirinya sendiri. Demikian juga dengan subjek yang menggunakan bahasa yang tidak mungkin dapat mengarahkan kepada dirinya sendiri.
Ø  Kematian, kematian tidak mungkin berbicara tentang kematiannya sendiri, karena kematian tidak merupakan suatu kejadian yang dapat digolongkan di antara kejadian-kejadian lain. Kematian manusia seakan memagari dunia manusia tetapi tidak termasuk di dalamnya.
Ø  Allah, tidak dipandang sebagai sesuatu yang berada di dalam dunia.
Ketidak-bermaknaan
Menurut Wittgenstein bahwa orang yang mengerti Tractatus akan mengakui akan ucapan-ucapan di dalamnya tidak bermakna. Melalui bahasa, si pembaca dihantarkan ke suatu titik dimana dia mengerti bahwa bahasa yang dihantarkannya tidak bermakna. Penolakan Wittgenstein pada metafisika sebenarnya suatu sikap yang tidak konsisten dengan visi dasar bahasa yang dilukiskannya sebagai gambaran dunia yang memiliki struktur logis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2009 Piush
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube