BREAKING

Selasa, 27 Desember 2011

Ontology of love: That Love is Being



oleh Dany Ramdhany pada 25 Desember 2011 pukul 16:06


Yang namanya manusia dari dulu sampai sekarang dan ada kemungkinan untuk masa yang akan datang, disamping dia dianugrahi oleh Tuhan dengan akal untuk berpikir dan memilih, ternyata Tuhan juga menganugrahi manusia dengan cinta. Entah apapun lebel untuk penyebutannya, akan tetapi ada unsur persamaan dalam kejadiannya.
Berbagai macam pendefinisian orang terhadap cinta. Seperti Soe Hok Gie dalam catatan hariannya, ia mengartikan cinta sebagai seks. lalu Sigit Rastafara dalam catatannya Facebooknya mendefinisikan cinta sebagai penderitaan begitu pun  dengan Tipatkai (kaka ke-2) mengartikan cinta sebagai penderitaan abadi yang tiada akhirnya. Yang pastinya, pendefinisian mengenai cinta hanyalah sebatas dari sudut mana seseorang memandang.
Cinta itu ada, tapi  ada bukanlah cinta. Lantas kemudian, apa yang  sebenarnya disebut cinta, sesuatu kah, atau kah keadaan ? jika sekiranya cinta diartikan sebagai sesuatu, dapat disimpulkan bahwa cinta itu adalah benda atau barang,  yang real dan jelas nampak akan wujud keberadaannya. Kemudian, jika sekiranya cinta dikatakan sebagai keadaan, maka peristiwa seperti apa yang melatar belakangi cinta itu mengada. ataukah mungkin ini hanya sebatas permainan bahasa belaka.
Tapi setidaknya,  jika kita menyepakati bahwa cinta secara ontologi itu ada, maka yang ada itu haruslah dapat dijelaskan atau dibuktikan, baik secara rasional maupun  empiris.
Klaim yang dilempar oleh Agnes Monica dalam salah satu lirik lagunya, ia mengatakan bahwa “cinta itu kadang-kadang tak logika”. Term kadang-kadang mengindikasikan adanya dua peristiwa yaitu pernah (ada) dan tidak pernah (tidak ada). Yang jadi pertanyaannya adalah cinta yang seperti apa yang tidak dapat dijelaskan secara logika, dan cinta yang seperti apa yang bisa dijelaskan secara logika, baik itu melalui pendekatan rasional maupun empiris.
Berbeda halnya dengan Agnes Monika, Pahsya Ungu mendefinisikan cinta sebagai “Misteri”. Sesuatu yang ada tapi bersembunyi, akan selalu dicari di mana keberadaannya. Misteri akan selalu menjadi tanda tanya besar dan orang senantiasa berusaha untuk menghadirkannya, dan sekiranya cinta sudah hadir, maka ia bukan lagi sebagai misteri. Senada dengan apa yang dikatakan oleh Imanuel Kant bahwa yang ada dan bersembunyi (tidak hadir) sekaligus sebagai sesuatu yang sejatinya (an sich) itu adalah noumena.

@:: to be continue ::@
(masih panjang Belum kelar hehehehhehehhahahahaahohohoohihihihhuhuhuh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2009 Piush
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube