BREAKING

Jumat, 22 Juli 2011

Corak Pemikiran keIslaman Mahasiswa UIN



Corak Pemikiran keIslaman Mahasiswa UIN
Oleh Ali Topan DS*

Islam sebagai suatu ajaran tentang tata kehidupan manusia merupakan suatu pandangan yang tidak diperdebatkan lagi dikalangan kaum muslim. Akan tetapi bagaimana Islam difahami dan diterapkan oleh pemeluknya menimbulkan polyinterpretable (pemahaman beragam). Munculnya interpretasi yang beragam terhadap Islam tersebut disebabkan berbagai faktor.
Adapun faktor yang mempengaruhi dan membentuk pemahaman kaum muslim terhadap Islam adalah situasi sosiologis, cultural dan intelektual. Bisa dikatakan bahwa situasi intelektual dipengaruhi oleh perguruan-perguruan tinggi Islam, pesantren-pesantren atau bahkan majelis-majelis pengajian. Dalam hal ini, UIN Syarif Hidayatillah sebagi Universitas Islam terbesar di Indonesia, berkontribusi bagi pemikiran serta pemahaman Islam Indonesia. UIN melahirkan pemikir-pemikir Islam yang kemudian mampu memberi pengaruh terhadap pemahaman Islam
Pada era globalisasi yang terus menggelundung serta derasnya kultur budaya barat yang teradopsi, mahasiswa mendapat tuntutan untuk berfikir rasional. Ilmu dan budaya serta hampir semua sendi-sendi kehidupan umat manusia mengalami perubahan yang amat dahsyat. Perubahan ini juga ikut mengubah cara pandang,  pemikiran dan pemahaman mahasiswa tersebut terhadap realitas dunia. Maka mustahil rasanya jika corak dan nuansa pemikiran keagamaan keIslaman mahasiswa tidak ikut berubah seiring dengan arus perubahan yang terjadi. Perubahan masyarakat yang berlangsung semakin cepat mendorong mahasiswa untuk menggali lebih dalam Al-Qur’an, hadis serta sains mengenai hal-hal yang relevan dengan keadaan yang kontemporer.
Para pemikir Islam rasional seperti Harun Nasution misalnya, memiliki pikiran-pikiran keagamaan yang terfokus pada kenyataan bahwa Al-Qur’an tidak memberikan paduan-paduan kehidupan secara detail. Karenanya ijtihad menjadi sangat penting maknanya sebagai mekanisme untuk melakukan interpretasi atau reaktualisasi atas doktrin ajaran Islam. Dalam hal ini, mahasiswa perlu untuk mempertimbangkan pentingnya aspek-aspek lokal, kontekstual dalam pengembangan pemikirannya. Dan ini merupakan kekayaan Islam yang tiada berbanding. Ajaran Islam sangat fleksibel bisa diterima dikalangan luas lapisan masyarakat.
Obsesi Harun Nasution kepada Islam rasional, paling tidak mempunyai relevansi dalam dua hal. Pertama, dalam hal pemperkenalkan etos rasionalitas dalam pemikiran Islam. Dampak rasionalitas dalam pemikiran Islam ini adalah pembebasan manusia dari hal-hal yang bersifat mitologis. Kedua, mencari pandangan-pandagan Islam mengenai kapasitas manusia yang mempunyai kebebasan (free will, free act). Keberadaan Harun Nasution dalam pemikiran Islam pada lingkar mahasiswa UIN ialah jasanya yang besar dalam membuka agenda akal dalam memahami wahyu yang memberikan dasar-dasar rasionalitas yang kuat bagi munculnya intelektualisme Islam di UIN.

Mengacu pada pemikiran Harun Nasution, kini UIN mampu melahirkan mahasiswa intelektual yang elegan. Di mana mahasiswa dapat berfikir dan menerima pendapat yang rasional tentang pemahaman Islam. Tapi yang menjadi disilusi adalah ketika mahasiswa jumud dalam pemikiran keIslaman, menikmati belenggu fanatisme golongan  serta menganggap perbedaan pemikiran adalah kekeliruan yang fatal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2009 Piush
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube