BREAKING

Kamis, 17 Maret 2016

Trik-Trik Melawan Patah Hati

Oleh: IkhsanYaqub


Siapa yang tidak pernah patah hati? Bagi anda yang pernah mengalaminya, pastinya pedih tak terkira, ya? Langit runtuh, bumi bergemuruh. Makan tak kenyang, tidur pun tak nyenyak. Padahal dulu, ketika cinta baru menyapa, ‘tai kucing pun rasa coklat'. “Ah, lebay lu,” ledek seorang teman.
Lantas, mengapa segalanya menjadi terbalik? Apakah cinta memang di atas segala-galanya? sehingga begitu kapal cinta itu kandas diterjang badai, kita pun seolah-olah ikut tenggelam dan karam bersamanya.
Bicara soal patah hati, menurut banyak teman saya, adalah hal yang paling mengerikan di dunia. Coba, hitung saja alasan-alasan bunuh diri yang banyak diberitakan. “Ngga mau lagi deh, pokoknya lebih serem dari Zika (Virus yang sedang mewabah di Amerika Latin)”, keluh seorang teman.
Terus bagaimana agar kita tak terjangkit penyakit itu?  Begitu pasti anda bertanya. Dibawah ini adalah trik-trik yang saya tuliskan dari berbagai nasihat teman-teman saya, ketika saya terjangkit penyakit itu beberapa bulan lalu.
Trik pertama adalah, buatlah nominasi-nominasi (peringkat) ketika kita kesemsem dengan seseorang. “Maksudnya,” kata teman saya, “jangan sekali-kali suka dengan satu orang saja, sampai kita buta bahwa, diluar sana, ada banyak orang yang lebih baik dan hebat darinya.” “Tapi cinta ‘kan emang buta!” bantah teman yang lain.
“Soalnya,” lanjut teman saya menggurui”, “kalau kita tidak punya cadangan, kita akan kelimpungan sendiri. Kalau pakai nominasi begini kan asyik. Nominasi pertama gagal, tinggalkan saja, ganti nominasi kedua. Nominasi kedua mulai lapar (baca: ‘aneh-aneh'), ya ganti lagi. Ganti. Begitu seterusnya. Sampai puluhan nominasi pun tidak masalah, yang penting dunia persilatan aman, kan?” Tapi perlu digarisbawahi, jangan sampai orang yang dinominasikan itu tahu. Sebab kalau ‘beliau-beliau’ ini sampai tahu, wah, anda tahu sendiri lah akibatnya.
Trik yang kedua, curahkan setengah saja hatimu padanya. Dengan demikian, apabila gagal, kita masih punya setengah lagi untuk ‘ancang-ancang’ lagi. “Jatuh cinta ‘kan ibarat makan duren; kebanyakan mabok, kurang melongok,” seloroh seorang teman di tempat lain.
Ini penting, terutama bagi kaum hawa. Karena dalam mainstreem masyarakat patriarki seperti Indonesia, “Cewek kalau sudah bekas, harganya berkurang. Cewek ‘kan dinilai dari masa lalunya. Cowok mah enak, dinilai dari masa depannya. Jadi, sebobrok-bobroknya cowok, kalau dia anggota DPR, atau aktor bergelar ‘rising star', misalnya, yah, hapus sudah masa lalunya, sehitam apapun”, tutur seorang teman perempuan yang juga aktifis gender.
Jadi, meski anda sudah betul-betul falling in love, jangan lantas anda merelakan segalanya, bulat-bulat, buat dia. Ingat, mau seromantis apapun ‘modusnya’, tetap saja hanya omongan dan gaya belaka. Karena tidak ada hukum yang mengikat (pernikahan). Banyak omong dan gaya tidak banyak membantu, ‘kan?
Trik yang ketiga adalah, percaya dan yakinlah pada pameo lama: ‘lebih baik dicintai daripada mencintai', kata orang sih, itu juga kalau anda mau cari aman banget. “Mencintai ‘kan pekerjaan penuh resiko. Jadi kalau tidak mau resiko yang ‘jleb’ itu (baca: ‘patah hati'), ya sudah, nikmati saya ‘sajian’ (baca: ‘cinta’) yang sudah ada,” canda teman saya sambil terbahak. Terkecuali bagi anda yang mempunyai prinsip: ‘Tak ada rotan akar pun ngga usah sekalian'.
Nah, inilah trik pamungkas. Yakinlah bahwa jodoh itu ditangan Tuhan. Jadi jangan takut ngga kebagian, deh. Usahakan, namun hasilnya pasrahkan saja. Tidak ada betul-betul tahu dan mampu mengendalikan masa depan, bukan? Bahkan tidak ada manusia yang tahu sampai mana batas kemampuannya sendiri. Paling-paling kita hanya bisa ber-angan, berusaha, minimal berjanji lah.
Nah buat anda yang sudah/sedang patah hati, jangan mau terkena penyakit ini lagi. Sibukkan diri anda dengan hal-hal yang produktif, karena, mengutip Richard Brodie dalam bukunya ‘Virus of the Mind': “Hidup bukan hanya untuk makan dan berkembang biak saja.


Lihat Profil: Ikhsan Yaqub

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2009 Piush
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube