BREAKING

Kamis, 17 November 2011

Indonesia Tanpa Tuhan

oleh Sigit Rastafara pada 11 November 2011 jam 18:13
 
 
Saya suka berpikir, mungkin ini pikiran yang abnormal, tapi entahlah..

Mengapa Tuhan orang Islam itu Tuhan yang suka mengancam?
Yang sering melarang-larang dan tidak segan memberi hukuman?
Sedang Tuhan di Gereja adalah Tuhan romantis yang suka bercinta-cintaan?
Berkorban sana berkorban sini, dan ini terlalu altruistik bahkan kedengaran aneh.
Tuhan murka.
Tuhan senang.
Tuhan memberikan imbalan
Tuhan memberikan laknat.
Itukan yang sering kita dengar?
Saya benar-benar curiga. Jangan-jangan dengan menyebut-nyebut sifat Tuhan seperti itu, kita semua sebenarnya sedang mencoba "memanusiakan" Tuhan. Karena sifat marah, senang, gila pujian dan memberikan reward bagi yang bisa menyenangkan hati dan juga menghukum bagi para pembangkang adalah pure sifat-sifat manusia.
Saya percaya dengan Islam.
Begitu juga saya percaya agama yang lain-lain.
Adalah agama yang mencoba menunjukan jalan bagi manusia agar tidak sesat.
Panduan moral bagi orang yang gelisah. Tapi begitu sampai konsep pada Ketuhanan, saya merasa kita semua seperti kena hipnotis massal. Orang Islam merasa semua penghuni sorga adalah muslim, saya kira orang Kristen juga demikian. Siapa pun yang tidak mempercayai tokoh bujangan yang suci bernama Jesus tidak akan terselamatkan.

Ada kontradiksi dalam menilai Tuhan.
Mereka bilang Tuhan maha bijaksana.
Tapi bila bijaksana mengapa cuma manusia Islam yang masuk surga?
Mereka bilang Tuhan maha adil.
Ah itu cuma kalimat-kalimat hiburan bagi si miskin yang terkapar atau orang yang penglihatannya normal kepada yang buta. Jika mau jujur, ketidak adilan itu sudah ada sejak manusia pertama menggelandang di muka bumi ini.

Kita terbiasa mengucapkan kalimat-kalimat hiburan bagi orang-orang yang kesusahan. Bila kita kenyang, kita bilang pada yang lapar "jangan takut Tuhan itu maha adil, walaupun kamu sekarang lapar, Tuhan tetap akan memberikan kenikmatan" atau kepada yang buta "walaupun anda hidup dalam kegelapan, anda sebenarnya diberikan Tuhan kenikmatan untuk berdekat dekatan dengan Tuhan".

Saya harus bilang, saya muak dengan orang yang omongannya selalu didahului oleh kata Tuhan. Manusia menurut saya adalah penguasa takdir yang bisa mengemudikan nasibnya sendiri. Selama kita tidak merugikan orang, membunuh dan menganiaya, memporak-porandakan keperawanan gadis-gadis cina, membakar mesjid dan gereja, kita tidak punya alasan untuk takut pada Tuhan.

Manusia diberikan akal dalam pencarian di kehidupan yang singkat ini oleh sang Khalik. Tinggal kemauan kita untuk menggunakan sel-sel otak kita dengan cara-cara yang benar, atau menyerahkan pada insting kebinatangan.

Jiwa-jiwa bebas yang tidak tergantung Tuhan.
Bebas berkehendak tanpa dibelenggu roman dan ketakutan.
Merebut sifat maha pengasih dan maha penyayang dari langit
Dan mencoba menanamkan dibumi tanpa pamrih.
Bumi tanpa batas-batas agama dan ras..
Dan juga tanpa-batas batas teritorial

Jiwa-jiwa bebas yang memberontak terhadap semua dogma.
Yang tidak malu untuk menunjukkan kekurangan diri.
Yang menganjurkan Tuhan sebagai alternative terakhir tempat memohon pertolongan bagi manusia-manusia yang sedang karam.
Dan juga menyarankan untuk memaki Tuhan bila perlu..
Dengan cara itu berharap mereka di perhatikan oleh-Nya.

Jiwa-jiwa bebas yang tidak menerka-nerka tentang surga dan neraka.
Adalah jiwa-jiwa yang menyerahkan semuanya nanti kepada Dia untuk menilai sendiri.
Nanti... Setelah mati...

Jiwa-jiwa yang percaya Tuhan tidak memilah-milah manusia dengan agama.
Kecuali niat baik dan perbuatan manusia...
Tanpa pamrih, tanpa agama , tanpa Tuhan..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2009 Piush
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube